Industri Tepung Terigu Masih Bisa Mengembang

JAKARTA. Meskipun terpukul dengan kenaikan harga bahan baku, industri tepung terigu dalam negeri diprediksi masih bisa mengembang. Bahkan di tahun ini, industri tepung terigu bakal terus menggenjot pertumbuhan produksinya.

Ambil contoh, PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), yang masih giat menambah produksi tepung terigunya. Direktur INDF, Franciscus Welirang mengatakan, perusahaannya bakal mendirikan dua pabrik baru di Cibitung dengan nilai investasi mencapai Rp 530 miliar.

Pria yang akrab disapa Franky ini juga bilang bahwa pembangunan pabrik akan mulai dikerjakan semester I tahun ini. “Ditargetkan selesai pada 2020,” katanya kemarin.

Adapun dua pabrik baru yang akan dibangun itu memiliki kapasitas sekitar 1.500 ton per hari. Artinya, dengan tambahan itu, kapasitas produksi merek Bogasari itu bertambah menjadi lebih dari 18.000 ton, per hari.

Asal tahu saja, sekarang ini produksi penggilingan gandum dari pabrik yang berbeda di Jakarta dan Surabaya sebesar 800 ton per hari. Franky pun mengatakan bahwa di akhir tahun ini, Bogasari menargetkan produksi penggilingan gandum naik menjadi 1.200 ton per hari.

Sales & Marketing Director PT Bungasari Flour Mills Indonesia, Budianto Wijaya mengatakan, untuk mengembangkan produksi, Bungasari akan membangun fasilitas produksi dan silo (penyimpanan) fase kedua di lahan pabrik Cilegon dengan dana sekitar US$ 50 juta.

Sekarang ini, pembangunannya sedang berjalan dan kapasitasnya bakal dinaikkan secara bertahap. Pada semester II-2019 nanti, pembangunan 1 line akan selesai, dari rencana 3 line.

Rencananya, pengembangan pabrik baru itu bertujuan meningkatkan kapasitas produksi menjadi 3.000 ton per hari di 2021 dari saat ini yang masih di kisaran 1.500 ton per hari dengan utilitas full capacity alias 100%.

Sampai bulan Februari ini, Bungasari merasakan kenaikan harga bahan baku sekitar 30% dibandingkan periode yang sama tahun kemarin. Hanya saja, kenaikan itu, kata Budianto, tidak mengganggu pasokan. “Setiap bulan, ada pembelian (bahan baku) sesuai dengan keperluan produksi,” terangnya.

Sebagian besar bahan baku gandum di Indonesia dipasok dari berbagai negara, seperti Australia, Kanada, Amerika, Rusia, dan Ukraina dengan harga beli yang relatif sama.

Sebagai Ketua Umum Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo), Franky menilai, kenaikan harga bahan baku akan terjadi hingga enam bulan pertama di 2019 ini.

Gandum impor asal Ukraina saja yang terkenal murah, saat ini harganya telah naik cukup besar, yakni sekitar 21,7% jika dibandingkan tahun lalu. “Faktor pendorong harga gandum meroket adalah Rusia membatasi ekspor. Mereka mengenakan biaya ekspor,” tandasnya.

Sumber: Harian Kontan

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only