Menghadapi Banyak Tantangan di 2019

Sejumlah emiten kakap mendapat penghargaan sebagai pembayar pajak korporasi terbesar berdasarkan laporan keuangan mereka di tahun 2018. Ini menunjukkan, perolehan laba di tahun lalu cukup besar, karena kinerja keuangan kinclong.

Jika melihat secara sekoral, mayoritas penyumbang pajak terbesar ini ada di sektor pertambangan dan perbankan. Analis Panin Securitas, William Hartanto mengakui, sejatinya, kondisi ekonomi di 2018 cukup sulit bagi emiten mencetak laba besar, di tengah terpaan sentimen global negatif dan pelemahan rupiah.

Tetapi, sejumlah regulasi berhasil mendorong kinerja  korporasi. Analis Binaartha sekuritas Nafan Aji Gusta Utama menjelaskan, emiten tambang pada tahun lalu cukup terbantu dengan penurunan PPh badan untuk sektor tambang.

Selain itu, pemerintah menerapkan minimum penjualan batubara untuk kepentingan dalam negeri atau domestic market obligation (DMO). Pembangunan pembangkit listrik dengan tenaga batubara juga marak dan akhirnya mendorong penjualan.

Tantangan 2019

Tahun ini, tatangan tetap menanti. Baik untuk sektor pertambangan maupun perbankan. Menurut William, prospek sektor pertambangan rawan karena harga batubara diprediksi  tak setinggi tahun lalu. “Pengecualian kepada UNTR yang memiliki diversifikasi segmen bisnis,” kata dia.

Tetapi secara umum, menurut William, tahun ini diprediksi akan lebih baik dari 2018, tercermin dari pertumbuhan kredit perbankan yang masih dua digit, suku bunga yang kemungkinan ditahan dan harga komoditas yang masih terjaga. William menyarankan melakukan aksi beli ketika kondisi politik sudah stabil, yakni pasca pemilu.

Berbeda pendapat, Analis Artha Sekuritas Dennies Christoper Jordan memperkirakan, kemungkinan pertumbuhan emiten tersebut tidak setinggi tahun 2018. 

Sektor perbankan menghadapi isu likuiditas pada tahun ini. Tahun lalu saja, rasio penyaluran kredit naik 11,75%, sedangkan pertumbuhan simpanan nasabah atau Dana Pihak Ketiga (DPK) hanya 6,5%.

Kondisi ini menerbangkan loan to deposit ratio (LDR), yang menjadi salah satu indikator ketatnya likuiditas. LDR cukup tinggi, 94,04%.

Prospek emiten batubara juga akan berat. “Karena harga batubara diprediksi tidak setinggi tahun-tahun sebelumnya. Masih bisa bertumbuh tapi tidak setinggi tahun lalu,” ujar Dennies.

Saham pembayar pajak terbesar yang menarik dilirik menurut William adalah ADRO dengan target harga Rp 1.500 per saham, BMRI Rp 7.200, BBRI Rp 4.000 per saham, BBCA Rp 30.000 per saham dan UNVR dengan target Rp 52.000 per saham.

Sedangkan Dennies menyarankan mencermati saham tambang seperti ITMG, karena rasio dividen yang baik dan ADRO, karena diverifikasi bisnis yang baik. “Untuk bank bisa BBNI dan BBCA,” kata dia.

Nafan merekomendasikan beli hampir semua emiten pencetak pajak tebal, kecuali UNVR dan TPIA yang disarankan hold.

Sumber: Harian Kontan

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only