Nilai Tukar Mulai Stabil, Phapros Targetkan Pertumbuhan Double Digit

Mulai stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (USD) semakin memberi optimistis kepada manajemen PT Phapros Tbk dalam mengawal kinerja usahanya. Perusahaan farmasi milik BUMN ini berharap bisa tumbuh double digit baik dari sisi pendapatan maupun laba bersih yang dihimpun sepanjang tahun ini.

“Tahun ini manajemen berfokus pada pertumbuhan double digit untuk revenue dan laba bersih,” ujar Dirut PT Phapros Tbk, Barokah Sri Utami dalam paparan publik di Jakarta, Kamis (14/3).

Untuk mencapai itu, pihaknya telah melakukan beberapa langkah seperti membangun kemitraan strategis dengan berbagai pihak, baik dari dalam dan luar negeri, serta memacu angka bisnis ekspor. “Kita juga akan melakukan melakukan right issue pada semester II 2019,” kata Emmy, panggilan Dirut PT Phapros.

Menurutnya, stabilnya nilai tukar akan semakin memudahkan perseroan dalam melakukan rencana bisnis. Maklum, 95 persen bahan baku produk obat-obatan yang diproduksi perusahaan farmasi milik BUMN ini diimpor dari sejumlah negara.

Di bidang kinerja keuangan, laba PEHA naik 6,41 persen dari Rp 125,27 miliar pada 2017 menjadi Rp 133,29 miliar pada 2018. Penjualan bersih atau net sales juga terjadi peningkatan dalam kurun 5 tahun berturut-turut. Pada 2014 tercatat Rp 578,14 miliar, 2015 Rp 691,25 miliar, 2016 Rp 816,13 miliar, 2017 Rp 1,02,13 triliun, dan pada 2018 Rp 1,022,97 triliun.

“Kontributor terbesar penjualan PEHA pada tahun 2018 berasal dari segmen obat generik di mana kontribusinya mencapai lebih dari 50% dari total penjualan,”  tambah Emmy.

Pada laba tahun berjalan atau current year profit juga terjadi peningkatan. Pada 2014 sebanyak Rp 44,99 miliar, 2015 Rp 63,01 miliar, 2016 Rp 87 miliar, 2017 Rp125,27 miliar, dan pada 2018 Rp 133,29 miliar. Tak hanya itu di 2018, PEHA berhasil mempertahankan net profit marginnya atau perbandingan laba bersih terhadap penjualan tetap double digit yaitu sebesar 13%.

Jumlah aset PEHA terus meningkat selama 3 tahun terakhir. Pada 2016 Rp 883,29 miliar, 2017 Rp1,17 triliun dan pada 2018 Rp1,87 triliun. Pertumbuhan nilai asset pada 2018 tercatat sebesar 58,91 persen atau setara Rp 692,72 miliar.

“Pertambahan asset PT Phapros di 2018 terjadi karena adanya aksi korporasi berupa akuisisi PT Lucas Djaja dan anak perusahaannya di Bandung,” ujar Direktur Utama PT Phapros, Tbk, Barokah Sri Utami atau yang akrab disapa Emmy.

Untuk tahun buku 2018, PT Phapros akan membagikan dividen sebesar Rp 92,6 miliar, atau Rp 110.26 (sebelum pajak) per lembar sahamnya.

Tahun ini, perseroan akan meluncurkan sebanyak 12 produk baru, baik obat yang dijual bebas maupun obat yang harus dengan resep dokter.

Sumber: JawaPos.com

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only