Strategi RI Perangi ‘Hantu’ Defisit Neraca Dagang

Jakarta, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menekankan pentingnya ekspor bagi neraca dagang Indonesia. Oleh karena itu, Darmin mengaku pemerintah telah menyiapkan dan menempuh sejumlah strategi, untuk memastikan neraca dagang tetap aman.

Darmin menjelaskan, pada kuartal pertama 2019 neraca dagang Indonesia memang surplus US$ 540 juta, namun pada Bulan Januari membukukan defisit hingga US$ 1,16 miliar. Menurutnya, hal ini menunjukkan kinerja ekspor yang belum maksimal. 

“Triwulan pertama paling tidak ya walaupun belum bagus, tidak jeleklah. Artinya, masih ada defisitnya tapi sedikit, karena bulan kedua dan ketiga [Februari dan Maret] kita masih surplus. Tapi bulan pertama di kuartal 1, Januari, kita defisit. Nah kalau ditotal kita masih defisit. Memang tidak banyak, tapi defisit,” ujarnya usai memberikan suara dalam pemilu 2019, di TPS 20, Kecamatan/ Kelurahan Pancoran, Jakarta Selatan, Rabu (17/4/2019).

Inilah mengapa, Darmin merasa pemerintah dan pelaku usaha perlu lebih berupaya lagi untuk mendorong pertumbuhan ekspor, dan diversifikasinya.

“Nah sebenarnya para pengambil keputusan, para pengusaha itu sekarang lebih banyak mengikuti persoalan-persoalan seperti neraca dagang. […] Nah jadi apa yang harus kita lakukan sekarang ini ya betul-betul ekspor, ekspor, dan ekspor.”

Lebih dalam lagi, Darmin menjabarkan apa saja strategi pemerintah agar ekspor bisa tumbuh tinggi, dan akhirnya mengatasi persoalan neraca dagang.

Pemerintah telah melaksanakan pembangunan infrastruktur, yang akan terus berlanjut hingga saat ini. Infrastruktur menjadi kunci agar kegiatan yang mendukung program pemerintah dalam memenuhi kesejahteraan sosial, termasuk kegiatan perdagangan, ekspor-impor, dan lainnya berjalan lancar.

Selain itu, pemerintah juga menyadari pentingnya meningkatkan kualitas sumber daya manusia, melalui program pendidikan dan vokasi. Tujuannya agar masyarakat Indonesia memiliki daya saing di tengah era industri digital.

“Jadi, selain kebijakan-kebijakan jangka menengah yang dulu kita susun, yang namanya selain infrastruktur, ada tax holiday, fasilitas macam-macam, ada OSS, kita juga sedang menyiapkan pengembangan pendidikan dan pelatihan vokasi, kita juga sedang mempercepat reforma agraria dan macam-macam, itu penting.”

Tak hanya itu, pemerintah juga telah membuat daftar barang yang menjadi fokus ekspor. Tujuannya, agar barang-barang tersebut bisa dioptimalkan, misalnya saja diolah kembali agar memiliki nilai tambah.

Selain itu, pemerintah juga membuat daftar pasar tujuan ekspor, apalagi saat ini China dan Amerika Serikat, yang menjadi partner dagang Indonesia sedang berseteru.

“Kemudian, di bidang ekspor sendiri, kita tentu ada yang sifatnya jangka pendek sekali, ada yang jangka menengah. Nah yang kita coba usahakan mengidentifikasi barangnya yang mau diekspor. Jadi tidak bisa main abstrak-abstrak sekarang ini. [Harus jelas] barang persisnya apa? Kita sudah buat listnya.”

“Ekspornya lalu ke mana ? Ke Tiongkok? Kan impornya tidak boleh, belum boleh.”

Akan tetapi, Darmin menegaskan tidak semua strategi pemerintah langsung terasa dampaknya secara instan. Apalagi untuk strategi jangka menengah dan jangka panjang, bisa-bisa dampaknya baru dirasakan masyarakat dua sampai tiga tahun ke depan.

“Itu ya saya tadi udah singgung apa saja, itu tetap kita kerjakan, tapi ya itu dampaknya bukan sekarang, dampaknya itu ya mungkin dua atau tiga tahun [lagi],” pungkasnya.

Sumber : cnbcindonesia.com

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only