Pacu Investasi dan Ekspor, Sri Mulyani Siapkan Banyak Insentif Pajak

Pemerintah tengah menyiapkan beragam insentif pajak untuk mendorong investasi dan ekspor. Beberapa insentif pajak sudah diputuskan dan aturannya siap terbit. Beragam insentif pajak tersebut dibahas dalam rapat terbatas dengan Presiden Joko Widodo. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan presiden menginginkan lebih banyak insentif pajak. “Yang tidak hanya sekadar instrumen, namun yang lebih penting bisa berjalan di lapangan,” kata dia usai menghadiri rapat terbatas di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (19/6).

Ia menyatakan beberapa aturan sudah selesai dibahas, seperti super deduction tax dan pajak untuk kendaraan bermotor hemat energi, termasuk mobil listrik. “Kami harap sudah akan selesai harmonisasinya dan bisa keluar dalam minggu ini atau awal minggu depan,” kata dia. Tarif pajak penghasilan (PPh) bunga obligasi untuk infrastruktur juga sudah diputuskan. Rencananya, tarifnya akan diturunkan dari 15% menjadi 5%.

Selain itu, ia menyinggung soal pembebasan pajak pertambahan nilai (PPN) untuk sewa pesawat dari luar negeri. Sedangkan untuk tax allowance, pihaknya masih menunggu kajian Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian tentang industri yang akan mendapatkan fasilitas tersebut. Di luar itu, pemerintah tengah mempersiapkan perubahan Undang-Undang PPh untuk mendukung rencana penurunan PPh badan menjadi 20%.

Dari sektor properti, Sri Mulyani membeberkan pemerintah berencana meningkatkan batas tidak kena PPN untuk rumah sederhana berdasarkan daerah. Sebelumnya, pemerintah telah memutuskan soal peningkatan batasan nilai hunian mewah yang kena PPh dan pajak penjualan barang mewah (PPnBM). Batas nilai hunian mewah akan naik dari Rp 5-10 miliar menjadi Rp 30 miliar. “Tarifnya 20%,” kata dia.

Sedangkan PPh Pasal 22 hunian mewah akan turun dari 5% menjadi 1%. Secara khusus, Menteri Perindustrian Airlangga Hartanto menjelaskan, insentif pajak berupa mini-tax holiday dan super-deductible tax akan diberikan untuk industri yang mendukung vokasi, inovasi, dan industri padat karya yang berorientasi ekspor. Dia memerinci, super-deduction tax untuk industri yang mendukung program vokasi bisa mencapai 200% dan yang mendukung inovasi mencapai 300%. “Untuk industri padat karya nanti dilihat industri per industri,” ujarnya.

Terkait mobil listrik, ia menjelaskan akan ada insentif untuk akselerasi pengembangannya. “Akselerasinya salah satu bisa dari PPnBM, tetapi kalau didorong merek lokal, kita bisa beri tambahan insentif,” kata dia. Dalam rapat terbatas, Presiden Jokowi mengingatkan masalah ekspor dan investasi sudah enam kali dirapatkan.

Dia pun memberikan ultimatum supaya segera ada kebijakan agar Indonesia mampu memanfaatkan momentum perekonomian global saat ini. “Saya minta agar kebijakan yang berkaitan dengan investasi dan ekspor betul-betul konkret, betul-betul dieksekusi dengan mendengar dari kesulitan apa yang dialami oleh para pelaku,” kata Jokowi.

Sumber : Katadata.co.id

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only