Insentif Properti Mewah Tak Banyak Mendorong KPR Perbankan

Jakarta. Pemerintah mengguyur industri properti dengan beragam insentif. Teranyar melalui Kementerian Keuangan (Kemkeu), pajak penghasilan (PPh) 22 untuk hunian mewah dipangkas dari 5% mejadi 1%.

Ketentuan tersebut akan berlaku bagi rumah tapak beserta tanah dengan nilai lebih dari Rp 10 miliar, dan luas bangunan lebih dari 500 meter persegi (m2). Ini juga berlaku bagi apartemen, kondominium, maupun hunian vertikal lain dengan harga jual serupa dengan luas bangunan lebih dari 400 m2.

Beberapa bankir menilai kebijakan tersebut tak signifikan menggenjot bisnis properti perbankan. Sebab, pasar hunian mewah sejatinya punya porsi mini dalam portofolio kredit perumahan rakyat (KPR).

Direktur Konsumer Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) Budi Satria mengatakan, segmen porsi KPR hunian mewah di BTN masih berada di bawah 10% dari total portofolio kredit. “Saat ini sebagian besar portofolio KPR BTN didominasi segmen menengah ke bawah dengan rata-rata harga jual rumah Rp 400 juta,” kata-katanya kepada KONTAN, Senin (24/6).

Apalagi, Budi menambahkan, BTN yang memang memiliki inti bisnis kredit perumahan mayoritas portofolionya menyasar pasar rumah bersubsidi. Hingga Maret 2019 dengan realisasi KPR mencapai Rp 181,83 triliun.

Dari jumlah itu, sebesar Rp 101,99 triliun atau setara 56,09% disalurkan ke pasar rumah bersubsidi. Sementara penyaluran kredit ke rumah nonsubsidi mencapai Rp 79,83% triliun atau setara 43,91% dari total portofolio.

Segmen KPR subsidi perseroan ini tumbuh paling pesat sebesar 28,87% secara year on year (yoy) dibandingkan realisasi Maret 2018 senilai Rp 79,14 triliun. Sedangkan pertumbuhan segmen nonsubsidi sekitar 14,27% yoy dibandingkan Maret 2018 senilai Rp 69,80 triliun. “Meski demikian, penurunan PPh tentu akan menjadi insentif yang ikut mendorong pertumbuhan bisnis properti nasional. Khususnya di segmen KPR hunian mewah,” lanjut Budi.

Direktur Konsumer Bank Rakyat Indonesia (BRI) Handayani menyatakan, segmen KPR hunian mewah di BRI cuma mengambil porsi 20% dari total portofolio penyaluran KPR BRI. “Klarifikasi hunian mewah di BRI ditentukan dari harga rumah di atas Rp 2 miliar, saat ini portofolionya berkisar 20% dari total KPR yang disalurkan,” kata Handayani.

Hingga kuartal I 2019 portofolio KPR BRI mencapai Rp 27,1 triliun. Angka tersebut tumbuh 22,87% yoy dibandingkan kuartal I 2018 senilai Rp 22,1 triliun.

General Manager Product Management Division Bank BNI Donny Bima Herjuno menyatakan, pangsa pasar utama KPR BNI juga sejatinya menyasar segmen menengah ke bawah dengan harga di bawah Rp 1 miliar. Porsi KPR mewah dengan nilai properti mulai Rp 5 miliar ke atas cuma 7% dari total portofolio penyaluran KPR BNI.

Sumber : Harian Kontan

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only