Behind Enemy Lines

Memasuki musim haji tahun ini banyak perubahan yang terjadi. Pada 14 Juli 2019 lalu, Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Arab Saudi menekan kesepakatan penguatan kerjasama ekonomi digital. Mengutip siaran pers Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo), Menkominfo Rudiantara menjelaskan potensi kerjasama Indonesia dan Arab Saudi terutama berkaitan dengan umrah. “Pasar umrah merupakan captive market yang potensial, baik untuk Arab Saudi maupun Indonesia,” terang Rudiantara.

Kolaborasi dengan Arab Saudi antara lain mencakup inisiasi pengembangan Umrah Digital Enterprise. Dua unicorn Indonesia, Tokopedia dan Traveloka akan mengambil bagian dalam kolaborasi ini sebagai perwakilan industri Indonesia. Kabarnya, akan ada semacam aplikasi umrah terintegrasi. Jadi para jemaah akan dipermudah dalam urusan umrah. Semoga saja begitu dan dua unicorn tidak mengambilalih bisnis perjalanan umrah.

Hal lain yang menarik di musim haji kali ini adalah adanya tawaran nomor perdana operator Arab Saudi, Zain di berbagai embarkasi dan asrama haji. Zain menawarkan harga Rp 150.000 untuk 5 gigabyte data dan 50 menit menelpon.

Ibarat strategi perang, Zain rupanya menyusup langsung ke kandang lawan, behind enemy lines. Bahkan bukan cuma menyusup, Zain melancarkan rentetan tembakan dengan menjual produknya di Indonesia tanpa kerjasama roaming dengan operator tanah air.

Selama ini yang lazim terjadi, ketika pelanggan satu negara pergi ke negara lain, pelanggan harus mengaktifkan fasilitas roaming. Boleh saja dia menenteng nomor Indonesia, tapi begitu sampai di luar negeri, dia akan menggunakan fasilitas roaming. Memang sekarang ada tren sewa modem untuk perjalanan ke luar negeri. Tapi tetap bekerjasama roaming dengan operator telekomunikasi tanah air.

Khusus untuk ibadah haji, seluruh operator Indonesia sudah menyiapkan fasilitas roaming dengan menggandeng operator Arab Saudi. Tentu saja dengan menggunakan operator dalam negeri, ada pemasukan berupa pajak ke negara. Lalu pemasukan untuk operator dalam negeri, yang ujungnya juga kena pajak badan.

Pilihan lain, tentu jemaah bisa menggunakan operator Arab Saudi dengan membeli kartu perdana. Tapi yang selama ini terjadi adalah pembelian di Arab Saudi, bukan di tanah air. Kita tunggu langkah Kominfo terkait penjualan kartu perdana luar negeri di tanah air ini.

Sumber : Harian Kontan

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only