Prospek Hijau Emiten Furnitur

Sejumlah emiten kayu menyambut baik rencana pemerintah menyiapkan insentif bagi eksportir produk kayu dan rotan, serta mebel.

Sebagai informasi, pemerintah berencana memangkas pajak pertambahan nilai (PPN) untuk produk kayu log. Saat ini, produk kayu log masih dikenakan PPN 10%.

Pemerintah juga akan membahas mengenai Sistem Verifi kasi dan Legalitas Kayu (SVLK) yang dianggap memberatkan industri.

Wakil Presiden Direktur PT SLJ Global Tbk. David mengatakan, emiten berkode saham SULI itu menyambut baik rencana insentif berupa pemangkasan PPN kayu log dari 10% menjadi 0%. Apalagi, mayoritas atau sekitar 95% penjualan SULI berasal dari ekspor.

Menurutnya, pemangkasan PPN kayu log membuat perusahaan pengolahan kayu itu lebih ringan dari segi cashflow.

“Lebih membantu dari sisi cashfl ow sehingga anggaran ke PPN tidak ada lagi. Kalau dari segi penjualan, sebenarnya tidak signifi kan [pengaruh] karena itu tergantung market,” katanya, Rabu (11/9).

Lebih lanjut, David menyebut ketentuan Sistem Verifikasi dan Legalitas Kayu (SVLK) sudah menjadi kewajiban perusahaan ke negara tujuan. Ini berkaitan dengan kelestarian pengelolaan hutan dan legalitas kayu.

“Terkait SVLK, kalau untuk perusahaan menengah ke atas itu tidak masalah. Kalau perusahaan kecil menengah mungkin bermasalah,” katanya.

Senada, Sekretaris Perusahaan PT Gema Grahasarana Tbk. Ferlina Sutandi mengatakan, rencana insentif pemangkasan PPN kayu log akan berpengaruh terhadap cashflow perusahaan. Adapun, ketentuan SVLK menjadi tanggung jawab perseroan bagi konsumen di negara tujuan.

Dia mengatakan, beberapa negara tujuan ekspor mengharuskan adanya SVLK. Untuk SVLK, perseroan telah memiliki sertifi kat tersebut.

“Kalau secara biaya tidak terlalu terpengaruh. Mungkin lebih pengaruh dari segi pajak dan cashflow,” katanya, kemarin.

Emiten berkode saham GEMA ini salah satunya melakukan penjualan mebel kayu melalui produk Casaka. Produk Casaka bakal dikembangkan untuk penjualan lokal maupun ekspor.

Untuk penjualan ekspor, perseroan sedang menjajaki kerja sama dengan beberapa negara salah satunya negara di Asia. Penjualan Casaka bakal tercermin pada kinerja semester II/2019, meski nilainya belum signifikan.

OBAT MUJARAB

Adapun, emiten PT Integra Indocabinet Tbk. pun menyambut baik rencana pemerintah memberikan insentif terhadap eksportir produk kayu log. Meski demikian, emiten berkode saham WOOD ini menanti ‘obat’ mujarab untuk mendorong ekspor furnitur.

Direktur Integra Indocabinet Wang Sutrisno menyampaikan, perseroan menghargai rencana pemerintah memberikan insentif untuk mendorong ekspor furnitur guna menggarap peluang dari perang dagang.

Namun, menurutnya, insentif berupa PPN kayu log 0% dan pembahasan SVLK belum akan memberikan sentimen positif bagi penjualan perseroan.

Menurutnya, SVLK merupakan tanggung jawab perseroan untuk memastikan produknya berasal dari bahan baku kayu yang legal. Sementara itu, rencana insentif PPN 0% juga tidak membuat harga produk lebih bersaing.

Dia berharap pemerintah melakukan deregulasi salah satunya untuk pengadaan bahan baku furnitur yang tidak ada di dalam negeri. “Orientasi bisnis kami adalah ekspor. Sehingga meski kami dikenai pajak pertambahan nilai, tetapi kami mendapatkan restitusi pajak,” katanya.

Lebih lanjut, Wang optimistis dapat mencapai target penjualan tahun ini sebesar Rp3,15 triliun. Adapun, hingga semester I/2019, penjualan WOOD baru mencapai 31% dari target.

“Kami berharap penjualan di semester II/2019 lebih besar karena banyak momentum dan produk baru wooden blind yang diluncurkan bulan ini,” katanya.

Perusahaan yang bermarkas di Sidoarjo dan mulai beroperasi sejak 1989 ini, mengantongi penjualan Rp977,54 miliar pada semester I/2019 atau tumbuh 7,93% secara tahunan. Sementara itu, laba bersih yang dikantongi senilai Rp123,06 miliar atau tumbuh 8,18% secara tahunan.

Sekitar 70,66% dari penjualan perseroan berasal dari pasar ekspor atau sebesar Rp690,71 miliar. Penjualan ekspor pada semester I/2019 itu tumbuh 2,34% secara tahunan.

Saham WOOD ditutup menguat 1,24% pada level Rp815. Namun, sepanjang tahun berjalan, saham WOOD telah memberikan imbal hasil 32,52%.

Di level harga itu, perusahaan memiliki kapitalisasi pasar senilai Rp5,14 triliun dan diperdagangkan pada price earning ratio di level 20,90 kali.

Sumber : Harian Bisnis Indonesia

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only