Mengintip rahasia para MI yang manjadi jawara pengelola reksadana campuran
Ditengah fluktuasi pasar keuangan akibat ketidakpastian global, reksadana campuran bisa menjadi pilihan untuk mengoptimalkan hasil investasi. Berikut strategi para manajer investasi jawara dalam meracik reksadana campuran dan memberikan imbal hasil terbaik bagi investornya.
Bagi investor pemula, reksadana campuran acap kali menjadi pilihan terakhir dalam menanamkan investasi. Umumnya, mereka lebih banyak tertarik dengan reksadana saham, reksadana pasar uang, ataupun reksadana pendapatan tetap atau yang berbasis obligasi. Padahal, jika dilihat lebih dalam, reksadana campuran justru menawarkan keuntungan lebih yang tidak bisa diberikan oleh reksadana jenis lain.
Meski potensi keuntungannya tidak setinggi reksadana saham, tetapi pengaturan portofolio reksadana campuran bisa lebih fleksibel. Manajer investasi bisa leluasa meracik instrumennya dengan mengombinasikan antara saham, obligasi, dan pasar uang.
Di saat bursa saham sedang bullish misalnya, manajer investasi bisa memperbesar porsi portofolio di instrumen saham. Sebaliknya, di saat bursa saham bearish dan pasar obligasi sedang bergairah, manajer investasi bisa mengurangi penempatan dana kelolaan di instrumen saham dan memperbesar porsi portofolio di obligasi.
Dus, dalam jangka panjang, untuk menghindari risiko investasi saat pasar saham dan obligasi bergerak fluktuatif, seperti terjadi belakangan ini, investor bisa memilih berinvestasi dalam reksadana campuran.
Secara umum, kinerja rata-rata reksadana campuran tumbuh positif sepanjang tahun ini. Berdasarkan hitungan Bareksa, Indeks Reksadana Campuran sejak akhir 2018 hingga 13 September 2019 (year to date/ytd) telah naik 4,45%. Sementara Indeks Reksadana Saham versi Bareksa untuk jangka waktu yang sama justru turun alias -3,22%.
Di sisa tahun 2019, kinerjanya diperkirakan akan memberikan imbal hasil yang lebih menarik dibanding reksadana saham. Reksadana campuran berpotensi mendapat tambahan energi positif dari pasar obligasi yang bergerak bullish seiring dengan tren penurunan suku bunga.
Di antara sekian banyak manajer investasi yang mengelola reksadana campuran, berdasarkan perhitungan KONTAN dan Bareksa, dalam jangka waktu lima tahun Schroder Investment Management Indonesia dan Sucorinvest Asset Management menjadi manajer investasi yang mampu memberikan keuntungan dan mengelola risiko terbaik, dan berada di tangga teratas Bareksa-KONTAN Fund Award 2019 katagori Manajer Investasi Reksadana Campuran Terbaik untuk dana kelolaan (assets under management/AUM) di atas Rp 250 miliar. Di posisi kedua ada Sucorinvest Asset Management.
Sementara untuk AUM di bawah Rp 250 miliar, jawaranya adalah Shinhan Asset Management Indonesia, disusul oleh Henan Putihrai Asset Management di posisi kedua.
Irwanti, Direktur dan Portofolio Manager PT Schroder Investment Management melihat sinyal positif ini masih berpeluang berlanjut hingga akhir tahun nanti. Kondisi ekonomi global yang terus memburuk akibat perang dagang justru berpotensi menaikkan harga obligasi. “Obligasi Indonesia masih memberikan suku bunga riil, sehingga dana asing akan menarik masuk,” bebernya.
Ancaman pajak
Sementara itu, mempertimbangkan antusiasme investor, Ryan Suwarno, Direktur PT Kiwoom Investment Management Indonesia, menyakini, karakter kaum milenial yang membutuhkan imbal hasil lebih tinggi dari sekadar instrumen berpendapatan tetap masih menjadi pasar potensial bagi reksadana campuran. Untuk bisa menggarap peluang pasar tersebut, para manajer investasi perlu menjaga kredibelitas untuk meraih kepercayaan calon investor.
Meski begitu, Michael Tanjung, Manajer Investasi PT Prospera Asset Management, tetap mengingatkan bahwa reksadana campuran juga akan menghadapi tantangan dari pengenaan pajak penghasilan (PPh) atas penghasilan obligasi. Kalau selama ini besaran pajak yang dibebankan hanya sekitar 5%, maka pada akhir 2020 kelak, besarannya akan naik menjadi 15%. “Ini tantangan jangka pendek bagi reksadana campuran,” timpalnya.
Lantas apa rahasia dan strategi para MI yang berhasil menjadi jawara dalam Bareksa-KONTAN Fund Award 2019, dan bagaimana strategi agar tetap bisa memberi imbal hasil yang maksimal ? Mari simak strategi beberapa jawara berikut.
Schroder Investment Management Indonesia
Schroder memiliki cukup banyak produk reksadana campuran. Di antaranya yang mejadi unggulan adalah Schroder Dana Kombinasi, Schroder Dana Terpadu II dan Schroder Dynamic Balanced Fund. Hingga akhir semester I lalu, ketiga produk tersebut mencatatkan pertumbuhan kinerja rata-rata di atas 5%.
Dalam pengelolaannya, Schroder menyiapkan strategi tersendiri untuk masing-masing produk. Irwanti, Direktur dan Portofolio Manager PT Schrorder Investment Management Indonesia mencontohkan, reksadana
Schrorder Dana Kombinasi dikelola secara konservatif dengan menitikberatkan investasi pada obligasi. “Investasi pada saham hanya sebagai enhancer untuk mengoptimalkan hasil,” paparnya.
Sementara, untuk Dynamic Balanced Fund justru dikelola dengan konsep aggressive balance fund untuk menghasilkan pertumbuhan optimal dalam jangka panjang. Oleh sebab itu, penempatan portofolio pun lebih difokuskan di instrumen saham.
Meski setiap produk sudah memiliki strategi masing-masing, tetapi pada praktiknya, manajemen Schroder juga menganut pendekatan fundamental dengan memperhatikan pengelolaan risiko. Ketika terjadi kondisi tidak menentu, MI ini tak segan melakukan swing penempatan portofolio antara obligasi, saham dan pasar uang. Hal inilah yang menjadi kunci imbal hasil produk reksadana dari Schroder tetap terjaga.
Prospera Asset Management
Dalam mengelola reksadana campuran, Prospera Asset Manajement menggunakan pendekatan tap down. Analisa makro ekonomi menjadi acuan utama saat mengambil keputusan dalam pengalokasian aset. Ketika tim investasi merasa ketidakpastian meningkat, aset berisiko seperti saham akan dikurangi porsinya, sebaliknya jika kondisi membaik porsi obligasi akan ditambah.
Meski cukup dinamis, tetapi sejatinya reksadana campuran Prospera lebih banyak mengalokasikan portofolio ke instrumen saham. Michael Tanjung, Manajer Investasi PT Prospera Asset Management, menjelaskan, saham dipilih karena merupakan aset paling optimal dalam memberikan imbal hasil jangka panjang.
Namun, papar Michael, jenis saham yang dibidik masing-masing reksadana tidak sama. Prospera Balance lebih memilih menanamkan investasi pada saham berkapitilisasi besar. Sedangkan untuk portofolio Prospera Value Fund fokus pada saham bervaluasi murah yang nilai pasarnya dibawah nilai wajar.
Shinhan Asset Management Indonesia
Dua produk reksadana camouran andalan Shinhan saat ini adalah Shinhan Supreme Balance Fund. Selama semester I-2019, kedua produk tersebut berhasil mencatatkan imbal hasil lebih tinggi dibandingkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Effendi Hasim, Head of Investment Shinhan Asset Management Indonesia, mengungkapkan, di tengah tren penurunan suku bunga seperti sekarang, Shinhan lebih banyak mengalokasikan dana investasi pada saham perbankan. “Saham perbankan akan merasakan imbas positif dari kebijakan tersebut,” ujarnya.
Untuk saat ini, Shinhan Balance Fund lebih mengarah pada saham big caps dan saham small caps. Sedangkan Shinhan Supreme Balance Fund pemilihan sahamnya lebih mengarah pada saham perbankan yang memiliki aksi korporasi positif.
Secara umum, kinerja rata-rata reksadana campuran tumbuh positif sepanjang tahun ini.
Menurut Effendi, selain penempatan tema spesifik, kunci keberhasilannya mencatatkan imbal hasil positif juga bergantung pada pemilihan portofolio dan momentum yang tepat. “Kebijakan investasi yang diambil tetap menyesuaikan dengan perkembangan pasar,” ujarnya.
Kiwoom Asset Management
Sekarang ini, Kiwoom hanya memiliki satu produk reksadana campuran, yaitu Kiwoonm Indonesia Optimum Fund.
Ryan Suwarno, Direktur PT Kiwoom Investment Management Indonesia, mengungkapkan, rahasia pengelolaan produknya selama ini terletak pada kecermatan manajer investaso dalam membaca perubahan pasar. “Manajer investasi harus tahu kapan waktunya mengambil dan menghindar dari risiko,” paparnya.
Misalnya saja, pada pengelolaan reksadana campuran tahun 2018, hingga kuartal III-2018, manajemen lebih banyak menempatkan instrumen pada pasar uang. Namun menjelang akhir tahun 2018, porsi saham mulai ditingkatkan untuk mengejar potensi euforia Pemilihan Presiden 2019.
Walaupun strategi yang baik telah dirancang sedemikian rupa, tetapi Ryan mengingatkan, itu semua juga harus diimbangi dengan konsistensi. Sebab, disiplin dalam menerapkan strategi investasi sangat penting karena terkait manajeman risiko portofolio.
Sumber : Tabloid Kontan Edisi Khusus
Leave a Reply