Perlambatan Ekonomi Ancam Permintaan, Harga Minyak Anjlok

JAKARTA – Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) naik tipis ke zona hijau, setelah turun tajam pada akhir perdagangan Senin (30/9/2019) akibat tertekan kekhawatiran perlambatan ekonomi global yang dipicu perang dagang AS-China.

Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak November 2019 naik 23 sen ke level US$54,31 per barel di New York Mercantile Exchange pada pukul 08.23 pagi waktu Sydney.

Pada perdagangan Senin (30/9/2019), kontrak WTI ditutup anjlok 3,3 persen atau US$1,84 di level US$54,07 per barel. Harga minyak WTI telah turun 1,9 persen sepanjang September dan melemah 7,5 persen untuk kuartal III/2019.

Pelemahan minyak WTI pada Senin adalah terbesar dalam dua pekan di tengah eskalasi ketegangan AS-China, menjelang berlangsungnya putaran baru perundingan perdagangan tingkat tinggi pascalibur nasional selama sepekan di China mulai 1 Oktober.

Sejalan dengan WTI, minyak Brent untuk kontrak November 2019 turun US$1,13 dan berakhir di level US$60,78 per barel di ICE Futures Europe Exchange pada Senin (30/9), sedangkan kontrak teraktif Desember 2019 ditutup anjlok 2,93 persen di level 59,25.

Sepanjang September, minyak acuan global ini mampu mencatat kenaikan 0,6 persen. Tetap saja, minyak Brent telah merosot 8,7 persen sejak akhir kuartal II/2019 meskipun sempat melonjak pada awal September karena serangan udara terhadap fasilitas pemrosesan Abqaiq dan ladang minyak Khurais di Arab Saudi.

Terlepas dari keraguan pasar, raksasa minyak Arab Saudi, Saudi Aramco, telah kembali memproduksi lebih dari 9,9 juta barel minyak mentah per hari.

Pemulihan yang lebih cepat dari perkiraan ini bersama dengan aksi jual telah menggarisbawahi fokus investor pada melemahnya permintaan minyak akibat perlambatan pertumbuhan ekonomi dan perang dagang AS-China.

“Pasokan minyak tetap cukup memadai dan AS memiliki banyak minyak,” ujar Phil Streible, ahli strategi pasar senior di R.J. O’Brien & Associates. “Gambaran ekonomi mungkin sedikit melemah, jadi permintaan melemah bersamanya.”

Pada Minggu (29/9), Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman memperingatkan bahwa perang antara negaranya dan Iran akan menyebabkan kehancuran total ekonomi global.

Putra Mahkota menyatakan jika dunia tidak mengambil tindakan yang kuat dan tegas terhadap Iran, maka akan terjadi eskalasi lebih lanjut yang mengancam kepentingan dunia. Baik Arab Saudi maupun sekutunya, Amerika Serikat, menuding Iran bertanggung jawab atas serangan itu.

Di sisi lain, Mohammed bin Salman berpendapat bahwa solusi politik dan damai jauh lebih baik ketimbang cara militer. Ia menyatakan dukungannya agar Presiden AS Donald Trump dan Presiden Iran Hassan Rouhani mengadakan pembicaraan secara langsung.

Sumber : Bisnis.com

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only