Pekan lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekonomi Indonesia tumbuh 5,02% (year-on-year/YoY) pada kuartal III-2019. Melambat dibandingkan pencapaian kuartal sebelumnya yaitu 5,05% dan menjadi laju terlemah sejak kuartal II-2017.
Dari sisi lapangan usaha, terlihat hampir seluruh sektor mengalami perlambatan. Berikut rincian pertumbuhan ekonomi kuartal III-2019 menurut lapangan usaha:
Kelesuan aktivitas ekonomi sudah berimbas kepada kas negara. Penerimaan pajak dari berbagai sektor ekonomi melambat, bahkan ada yang mengalami kontraksi.
Di sisi lain, pemerintah ingin menggenjot belanja karena kebijakan fiskal diposisikan sebagai instrumen counter-cyclical. Per akhir September, realisasi penyerapan belanja barang tercatat Rp 204,2 triliun atau 59,2% dari pagu. Realisasi ini lebih tinggi dari rata-rata realisasi Januari-September selama 2015 hingga 2018 yaitu 51,95%.
Kemudian belanja sosial pada Januari-September 2019 adalah Rp 86,9 triliun atau 89,5%. Lebih tinggi dari rata-rata penyerapan belanja sosial Januari-September pada 2015 hingga 2018 yaitu 64,63%.
Ada Harapan di Kuartal IV-2019
Seperti tahun-tahun sebelumnya, belanja negara sepertinya memang baru akan dikebut jelang akhir tahun. Belanja negara yang agresif hingga akhir tahun menyebabkan pemerintah punya perkiraan defisit anggaran 2019 melebar dari 1,84% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) menjadi lebih dari 2% PDB.
Pada kuartal III-2019, konsumsi pemerintah hanya tumbuh 0,98% YoY. Jauh melambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu 6,27%.
Dengan belanja negara yang dipastikan bakal masif pada kuartal IV-2019, maka pertumbuhan konsumsi pemerintah akan tumbuh lebih baik. Oleh karena itu, sepertinya Indonesia boleh berharap akan ada pertumbuhan ekonomi yang lebih kencang pada kuartal IV-2019.
Selain konsumsi pemerintah, sepertinya faktor lain juga mendukung Indonesia untuk mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Pertama adalah konsumsi rumah tangga.
Pada kuartal III-2019, konsumsi rumah tangga tumbuh 5,01% YoY. Ada harapan konsumsi rumah tangga bakal membaik pada periode Oktober-Desember, karena ada momentum Hari Natal, Tahun Baru, dan musim liburan. Ini adalah puncak konsumsi tertinggi kedua setelah Ramadan-Idul Fitri.
Sementara dari sisi investasi atau Penanaman Modal Tetap Bruto, ada harapan peningkatan pada kuartal IV-2019 setelah pada kuartal sebelumnya hanya tumbuh 4,21% YoY. Data Badan Koordinasi Penanaman Modal juga menawarkan harapan. Pada kuartal III-2019, investasi asing (Foreign Direct Investment/FDI) tumbuh 17,8% YoY dan total investasi naik 18,4% YoY.
Pada kuartal IV-2019, bukan tidak mungkin investasi akan tumbuh lebih pesat. Prospek ke arah sana terlihat dari impor bahan baku dan barang modal yang cenderung meningkat. Impor dua kelompok ini menunjukkan prospek investasi ke depan.
Satu hal lagi yang mendukung perbaikan konsumsi dan investasi adalah tren penurunan suku bunga kredit perbankan. Seiring penurunan suku bunga acuan, perbankan sudah merespons dengan menurunkan suku bunga kredit meski bertahap.
Penurunan bunga diharapkan dapat merangsang minat rumah tangga dan dunia usaha untuk mengakses kredit perbankan dalam rangka ekspansi. Saat rumah tangga dan pengusaha sama-sama ekspansi, maka pertumbuhan ekonomi tentu bakal lebih impresif.
Negara lain boleh melambat, bahkan ada yang resesi seperti Turki. Namun Indonesia sepertinya masih mampu bertahan, bahkan ada kemungkinan pertumbuhan ekonomi akan membaik pada kuartal IV-2019.
Sumber : Cnbcindonesia.com
Leave a Reply