Penerimaan pajak hanya tumbuh 0,23%, ini penyebabnya

Berlanjutnya ketegangan hubungan dagang dan sejumlah risiko geopolitik makin menekan volume perdagangan dan pertumbuhan ekonomi dunia. Dimana Perekonomian Amerika Serikat (AS) tumbuh melambat akibat menurunnya ekspor dan juga investasi nonresidensial.

Hal tersebut pun diamini oleh Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso yang mengakui jika perekonomian global saat ini dan kedepan masih terbilang cukup dinamis dengan tema utama kepada perlambatan ekonomi global.

“Adanya perlambatan ekonomi global, kedepannya masih cukup dinamis dengan aktor utama perang dagang antara Amerika Serikat dan China. Dimana kondisi ini memerlukan tidak hanya kebijakan moneter yang longgar, namun juga kebijakan fiskal yang cukup ekspansif dan reformasi struktural,” ujarnya pada saat rapat bersama Komisi XI di Gedung DPR RI, Jakarta, Senin (18/11/2019).

Pasalnya, merespon hal tersebut maka otoritas moneter di beberapa negara telah menurunkan tingkat suku bunga acuan demi mendorong konsumsi, investasi dan juga inflasi.

“Bahkan di negara maju juga adanya dukungan kebijakan non konvensional seperti melakukan quantitive easing dengan pembelian obligasi pasar sekunder,” imbuhnya.

Tak hanya kebijakan moneter, tambahnya, beberapa negara juga menggunakan kebijakan fiskal seperti insentif pajak dan ekspansi pengeluaran pemerintah dalam rangka meningkatkan sisi permintaan. Misalnya India yang menurunkan pajak penghasilan dari 30% menjadi sekitar 22% untuk mendorong dan menarik investasi.

Sementara itu, proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun 2019 direvisi turun oleh beberapa institusi.

“World Bank memperkirakan ekonomi global tahun ini akan tumbuh 2,5% turun dari proyeksi sebelumnya di bulan Juni sebesar 2,6%. Sedangkan menurut IMF memperkirakan ekonomi global 2019 akan turun menjadi 3% dari proyeksi sebelumnya di bulan Juli sebesar 3,2%,” sebutnya.

Namun demikian, menurut Wimboh Santoso yang tetap patut disyukuri yakni di tengah dinamika ekonomi global tersebut perekonomian domestik tumbuh cukup stabil, didukung oleh tingkat inflasi yang terjaga, tingkat pengangguran, kemiskinan dan kesenjangan yang terus menurun.

“Dimana ekonomi tumbuh 5,02% yoy, pada Q3 2019, dan 5,17% yoy pada tahun 2018, inflasi Oktober tercatat 3,13% cukup terkendali dan di dalam target 3,5%. Lalu pengangguran terbuka terus turun per Agustus 2019 sebesar 5,28%, kemiskinan turun menjadi single digit per Maret 2019 sebesar 9,41%, dan gini ratio terus turun dengan posisi per Maret 2019 sebesar 0,382,” paparnya.

Sumber : AKURAT.CO

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only