Produktivitas Manusia dan Teknologi Menggerakkan Ekonomi Masa Kini

JAKARTA — Produktivitas sumber daya manusia dan perkembangan teknologi menjadi penggerak perekonomian masa kini. Oleh karena itu, inovasi-inovasi yang berbasis digital mutlak diperlukan untuk mempercepat perbaikan kualitas.

Digitalisasi secara bertahap harus merasuk ke tata kelola birokrasi dan regulasi. Kegiatan yang bersifat administrasi disederhanakan untuk mempercepat perubahan di tengah ketidakpastian perekonomian.

”Dari lima prioritas nasional, pembangunan sumber daya manusia adalah hal paling sulit. Tidak gampang memperbaiki masalah ini,” kata Presiden Joko Widodo di depan sejumlah pimpinan dan CEO perusahaan pada Kompas100 CEO Forum 2019 di Hotel Ritz-Carlton Jakarta, Kamis (28/11/2019).

Dari lima prioritas nasional, pembangunan sumber daya manusia adalah hal paling sulit. Tidak gampang memperbaiki masalah ini.

Diskusi yang diselenggarakan harian Kompas itu bertema ”Keyakinan CEO untuk Memenangkan Turbulensi di Era Disrupsi Digital”. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim, serta CEO Tokopedia William Tanuwijaya hadir sebagai pembicara.

Menurut Jokowi, perbaikan kualitas sumber daya manusia dihadapkan pada permasalahan yang kompleks, terutama di bidang pendidikan dan kesehatan. Menurut laporan Bank Dunia, sekitar 54 persen pekerja di Indonesia dulunya adalah anak balita yang mengalami tengkes (stunting).

Karena itu, kata Presiden, perbaikan indikator-indikator sumber daya manusia menjadi prioritas dalam lima tahun ke depan, seperti angka kemiskinan, rasio gini, dan angka tengkes. Perbaikan kualitas manusia ini membutuhkan kerja keras dan kolaborasi. Target-target yang dibidik juga harus fokus dan detail pada masalah.

Nadiem Makarim mengemukakan, produktivitas sumber daya manusia dan perkembangan teknologi adalah penggerak perekonomian masa kini. Segala perubahan yang akan dilakukan negara harus berawal dan bermuara dari manusia. Perubahan itu akan dijembatani teknologi.

Mengutip riset McKinsey Global Institute pada Desember 2017, kemungkinan ada 800 juta pekerja yang pekerjaannya tergantikan akibat otomatisasi. Sementara per Agustus 2019, sekitar 39,66 persen dari 126,51 juta orang yang bekerja di Indonesia berpendidikan sekolah dasar ke bawah.

”Kegiatan-kegiatan bersifat administratif akan semakin terancam karena kompleksitas masalah semakin tinggi. Indonesia harus bergerak ke budaya inovasi,” ujarnya.

Menurut Nadiem, masalah produktivitas sumber daya manusia di Indonesia terkait dengan perilaku, budaya, dan pola pikir. Banyak anak-anak muda saat masuk dunia kerja tidak bisa berkomunikasi dan berkolaborasi dengan baik, tidak disiplin waktu, dan tidak bisa mengambil keputusan penyelesaian masalah.

Masalah produktivitas sumber daya manusia di Indonesia terkait dengan perilaku, budaya, dan pola pikir.

Persoalan softskill tersebut harus diperbaiki secara bertahap dalam sistem pendidikan. Harus diakui, sistem pendidikan yang ada saat ini belum berbasis pada peningkatan kreativitas, komunikasi, kolaborasi, dan berpikir kritis. Perbaikan sistem pendidikan memerlukan peran teknologi dan informasi (TI).

Sumber : Kompas.id

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only