Masih Lemah, Indonesia Dinilai Belum Berpengaruh di Asia

Jakarta. Direktur Eksekitif LSI Djayadi Hanan menyatakan Indonesia belum mampu menjadi negara yang berpengaruh di Asia. Menurutnya, hal ini bisa dilihat dari beberapa indikator seperti politik, ekonomi, dan militer. Dari tiga faktor ini, Indonesia belum memiliki pengaruh signifikan.

“Jadi kita (Indonesia) untuk menjadi negara yang berpengaruh itu masih di Asia masih perlu waktu,” ujar Djayadi di Hotel Erian, Jakarta, Minggu (12/1).

Djayadi menuturkan banyak faktor yang melatari sebuah negara bisa berpengaruh terhadap negara lain atau kawasan. Misalnya, dia berkata negara dapat berpengaruh jika memiliki kekuatan politik yang besar. Dia berkata kekuatan politik sebuah negara secara otomastis bisa mempengaruhi politik negara lain.

Selain itu, Djayadi menyebut negara dapat berpengaruh jika ekonominya kuat. Negara kuat secara ekonomi bisa berpengaruh lewat beragam investasi di negara lain.

“Indonesia itu dari segi ekonomi masih termasuk negara yang pedapatannya masuk kelas menengah. Kelas menengah pun masih bawah. Pendapatan per kapita kita masih kalah dari Malaysia dan Vietnam kalau tidak salah,” ujarnya.

Selain politik dan ekonomi, Djayadi mengatakan faktor militer juga membuat sebuah negara berpengaruh terhadap negara lain. Dia mencontohkan Amerika Serikan dan China sebagai negara yang kuat secara militer sehingga dapat mempengaruhi negara lain.

“Secara militer, (Indonesia) masih lemah. Apalagi berhadapan dengan Amerika dan China,” ujar Djayadi.

Belum terpenuhinya kriteria menjadi negara berpengaruh, lanjut Djayadi, membuat masyarakat Indonesia wajar menilai AS dan China sebagai negara berpengaruh. Kedua negara itu dari segi militer, ekonomi, politik, hingga budaya kuat dan hadir di negara manapun.

Meski demikian, Djayadi berkata Indonesia tetap memiliki peluang menjadi negara berpengaruh di masa yang akan datang jika faktor tersebut mulai di tingkatkan sejak saat ini.

Pengamat hubungan internasional Dinna Wisnu membenarkan Indoensia belum mampu berpengaruh terhadap negara lain. Hal itu terjadi lantaran agenda luar negeri dan dalam negeri Indonesia saling berbenturan.

“Kalau dalam kabinet yang sekarang dan periode pertama Pak Jokowi (Presiden Joko Widodo) kelihatan betul dua hal ini seakan-akan tidak bisa sejalan,” ujar Dinna di Hotel Erian, Jakarta.

Dinna menuturkan pemerintahan Jokowi selalu mengutamakan diplomasi ekonomi. Sementara keaktifan di forum-forum internasional dikesampingkan.

“Padahal dua hal ini dalam formulasi awalnya harus jalan bareng. Tidak mungkin ekonomi kita dapet banyak kecuali kita aktif dan dianggap penting oleh negara lain,” ujarnya.

Meski belum berpengaruh, Dinna sejalan dengan Djawadi bahwa Indonesia bisa berpengaruh terhadap negara lain. Namun, dia berkata hal itu terjadi jika Indonesia dapat menjadi negara yang didengar pendapatnya oleh negara lain.

“Jangan cuma ngomong di depan, apa yang disampaikan di depan itu yang dilakukan. Harus ada gerak-gerak di belakang yang orang tidak perlu tahu, tapi bikin orang takut, segan, dan tidak punya jalan lain selain lewat depan,” ujar Dinna.

Lebih dari itu, dia meningatkan Kementerian Luar Negeri berperan penting membuat Indonesia berpengaruh dengan negara lain. Dia meinta Kemenlu jangan terlalu banyak tampil di depan publik agar diplomasi berjalan dengan efektif.

Sumber : cnnindonesia.com

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only