Stimulus Tidak Cukup untuk Rem Perlambatan

Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini berpotensi melambat ke bawah 5%.

Jakarta. Perekonomian domestik dalam tekanan. Untuk itu pemerintah harus berkerja lebih ekstra keras. Kalau tidak, pertumbuhan ekonomi dalam negeri terancam melambat ke bawah 5%.

Sebelum virus korona baru bernama Covid-19 jadi sentimen negatif, perekonomian Indonesia sudah terlebih dahulu punya sumber risiko dari domestik. Permintaan dalam negeri yang belum kuat menyebabkan kinerja manufaktur lokal terus merosot.

Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur Indonesia selama tujuh bulan berturut-turut, sejak Juli 2019, berada di bawah level 50. Padahal, perannya terhadap produk domestik bruto cukup besar, mencapai 19%.

Kinerja investasi juga semakin landai, baik domestik maupun asing. Sementara ekspor yang sangat bergantung harga komoditas, belum berhasil terdorong.

Virus korona memperburuk situasi. Giliran pasar keuangan yang kena hantam. Nilai tukar rupiah kemarim anjlok ke posisi Rp 14.300 per dollar AS di pasar spot. Bank Indonesia (BI) mencatat, capital outflow sebulan terakhir mencapai Rp 30,8 triliun.

Ekonom Samuel Sekuritas Ahmad Mikail menilai, tak banyak harapan ekonomi tumbuh ambisius mencapai target 5,3% pada tahun ini, meski pemerintah mengeluarkan banyak stimulus.

Jika kuartal I 2020 ekonomi China hanya tumbuh 5,1%, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa cuma 4,5%. “Secara full year, kami proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini 4,85%. Jika omnibus law tidak terimplementasi tahun ini, pertumbuhan bisa lebih rendah lagi, yaitu 4,6% hingga 4,7%” kata Mikail, Jumat (28/2).

Ekonom Bank Danamon Dian Ayu juga memperkirakan, pertumbuhan tahun ini akan terkoreksi 0,3% dari virus korona jadi faktor utamanya. “Pemerintah perlu memberi stimulus, terutama untuk menopang konsumsi domestik,” ujarnya.

Tak hanya mempercepat distribusi, pemerintah juga perlu memperluas penerima manfaat bantuan sosial.

Selain itu, Ekonom Senior Institut Kajian Strategis Universitas Kebangsaan Eric Sugandi mengatakan, pemerintah harus cepat mencari pasar ekspor lain untuk mengompensasi penurunan permintaan global dan memperbaiki kinerja manufaktur. Pemerintah mesti memperbaiki daya beli untuk meningkatkan konsumsi juga investasi.

“Dan, harus serius mengantisipasi korona serta menyakinkan bahwa destinasi wisata kita aman,” imbuh Eric.

Sumber : Harian Kontan

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only