Korona Bisa Menambah Jumlah Pengangguran

Pebisnis di daerah wisata merasakan penurunan kunjungan sehingga merumahkan karyawan

Jakarta. Tingkat pengangguran terutama di daerah yang mengandalkan perekonomian di sektor pariwisata, berpotensi meningkat. Wabah virus korona menekan kunjungan wisatawan sehingga pendapatan bisnis anjlok. Kebijakan mengurangi jam kerja hingga merumahkan karyawan sudah mulai terlaksana.

PT Inti Dufree Promosindo, anak usaha PT Sona Topas Touristm Industry Tbk (SONA) di Bali, merasakan kelesuan bisnis pada Februari lalu. Pendapatan dari bisnis toko bebas bea di Bandara I Gusti Ngurah Rai dan di Jl By Pass Ngurah Rai, Kuta, anjlok drastis sebesar 80,65% dibandingkan realisasi Februari 2019.

“Penurunan ini sejalan dengan wabah korona dan sampai sekarang penurunan pendapatan masih berlangsung,” ungkap Corporate Secretary SONA, Wong Budi Setiawan, dalam keterangan resmi kepada otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (4/3).

Inti Dufree Promosindo tak memerinci nilai pendapatan. Mereka memprediksikan penurunan pendapatan berlangsung selama belum ada solusi mengatasi penularan wabah korona. Hal ini akan menekan kelangsungan usaha karena Inti Dufree Promosindo harus memenuhi kewajiban pembayaran operasional, seperti konsesi, sewa, listrik dana pemasaran dan biaya perawatan dan pemeliharaan kepada PT Angkasa Pura I, serta gaji karyawan.

Pemilik dan pendiri hotel bintang tiga, Rhadana Kuta, Rainier H Daulay juga mengungkapkan kunjungan wisatawan dan tingkat hunian menurun drastis akibat korona. Manajemen terpaksa mengurangi jumlah pekerja harian. “Pengurangan jumlah pekerja harian sudah terjadi sejak Februari lalu,” kata Rainier tanpa memerinci, kemarin.

Pemerintah diminta menunda pajak hotel dan restoran 10% di daerah.

Namun, dia memastikan sejauh ini belum ada kebijakan pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan. Manajemen hotel yang selama ini bergantung dari wisatawan asal Timur Tengah serta Malaysia ini menurunkan proyeksi pertumbuhan pendapatan dari 12% menjadi 5%-7% di sepanjang tahun ini.

Merumahkan pegawai

Namun Raineir yang juga Wakil Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) membenarkan ada pengurangan karyawan oleh pengusaha hotel dan restoran akibat wabah virus korona. “Khususnya hotel dan atau restoran yang selama ini sangat tergantung dengan turis asal China. Adayang sudah mulai merumahkan karyawan daily worker, hingga tidak lagi menerima training,” jelas Rainier.

Anggota PHRI juga melaporkan telah mengurangi jam kerja menjadi hanya lima hari kerja dan libur satu hari dengan konsep unpaid leave. PHRI menghitung, bisnis pariwisata secara keseluruhan maupun di Bali, telah merosot hingga 60% sejak Februari tahun ini.

“Selain Bali, daerah wisata yang tertekan virus korona adalah Manado,” ujar Rainier. Pasalnya, Manado merupakan tujuan wisata turis asal China terbesar kedua setelah Bali.

Oleh karena itu, PHRI berharap pemerintah dapat menopang dan memberikan napas panjang bagi para pelaku bisnis dan restoran melalui penundaan pajak hotel dan restoran 10% di daerah, serta beberapa pajak lain seperti pajak penghasilan (PPh) 21 (karyawan). “Pemerintah harus beraksi, tidak hanya ratas (rapat terbatas)atau wacana saja. Kalau dari pengusaha, pasti kami juga menempuh beragam cara seperti efisiensi,” terang Rainier.

Sumber : Harian Kontan

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only