Simak! Inilah Sentimen Penggerak Pasar Pekan Depan

Jakarta – ‘Duel’ antara pendemi Covid-19 melawan stimulus fiskal “merebut hati” para pelaku pasar di pekan ini. Stimulus fiskal memenangi pertarungan di pekan ini. Hal itu terlihat dari penguatan bursa saham global yang berarti sentimen pelaku pasar membaik.

Kala Covid-19 yang “merebut hari” pelaku pasar, maka aksi jual akan terjadi terus-terusan di pasar saham, dan aset-aset berisiko lainnya.

Stimulus dari negara-negara yang terdampak Covid-19 sebenarnya sudah digelontorkan dalam beberapa pekan terakhir, tetapi gagal menaklukan virus yang berasal dari kota Wuhan China tersebut. Ini lantaran aksi jual masif terus terjadi di pasar saham global.

Baru pada pekan ini, stimulus dari Negeri Adikuasa (Amerika Serikat/AS) berhasil menaklukkan Covid-19, sentimen pelaku pasar membaik dan bursa saham global menguat.

Pada Jumat waktu AS, Presiden AS Donald Trump menandatangani undang-undang sehingga pemerintah AS bisa menggelontorkan stimulus senilai US$ 2 triliun guna memerangi Covid-19. Nilai stimulus tersebut sangat jumbo, dua kali nilai ekonomi Indonesia.

Dengan nilai sebesar itu, sebesar US$ 117 miliar dialokasikan untuk rumah sakit dan US$ 16 untuk persediaan farmasi dan kelengkapan alat kesehatan nasional.

Selain itu, bantuan langsung tunai (BLT) juga dikucurkan sebesar US$ 1.200 per orang atau US$ 2.400 jika berpasangan dan tambahan US$ 500 untuk setiap anak. Bantuan ini hanya diperuntukkan untuk penduduk dengan pendapatan kurang dari US$ 75.000/tahun.

Kemudian memberikan hibah untuk industri maskapai penerbangan maupun pengangkutan masing-masing senilai US$ 25 miliar dan US$ 4 miliar yang dialokasikan untuk membayar upah, gaji, dan tunjangan karyawan. Tidak lupa juga menyisihkan US$ 25 miliar dan US$ 4 miliar yang digunakan sebagai pinjaman maupun jaminan pinjaman.

Bantuan juga diberikan dalam bentuk pinjaman ke UKM senilai US$ 350 miliar untuk membayar upah. Masih banyak lagi peruntukan stimulus tersebut, termasuk untuk menangguhkan Pajak Penghasilan (PPh) pengusaha dengan kewajiban membayar setengahnya pada akhir 2021, dan setengahnya lagi pada 2022.

Duel antara stimulus fiskal dan Covid-19 untuk kembali akan tersaji pada pekan depan. Melihat pergerakan pasar saham di hari Jumat, khususnya Wall Street, COVID-19 sepertinya akan unggul di awal pekan nanti. Indeks Dow Jones ambles 4,1% dan S&P 500 minus 3,4% dan Nasdaq minus 3,7%, di hari Jumat.

Apalagi lonjakan kasus Covid-19 terjadi di AS, dan kini menjadi episentrum penyebaran virus tersebut.

Berdasarkan data Johns Hopkins CSSE hingga saat ini sudah lebih dari 170 negara yang terpapar Covid-19, nyaris 680.000 orang terinfeksi, dengan lebih dari 31.000 orang meninggal dunia, dan lebih dari 145.000 sembuh.

Sementara jumlah kasus di AS mencapai 125.686 orang, jauh lebih tinggi dari China yang kini menduduki peringkat ketiga 82.120 orang dan Italia yang berada di posisi kedua sebanyak 92.472 kasus.

Sementara di Indonesia hingga saat ini tercatat 1.285 kasus, dengan jumlah korban meninggal sebanyak 114 dan sembuh 64 orang.

Terus meningkatnya kasus Covid-19 tentunya memperburuk sentimen pelaku pasar, apalagi Negeri Adikuasa sudah menggelontorkan stimulusnya, dan kemungkinan tidak ada negara yang akan memberikan stimulus lebih besar dari AS.

Harapannya kini dengan gelontoran stimulus di sektor kesehatan tidak hanya di AS, tetapi di seluruh dunia, laju penambahan kasus bisa melandai. Saat itu terjadi, duel antara stimulus fiskal vs Covid-19 akan dimenangkan oleh stimulus fiskal sehingga sentimen pelaku pasar akan membaik dan pasar saham akan global termasuk di dalam negeri akan kembali ceria. Saat sentimen pelaku pasar membaik, pelaku pasar juga akan kembali masuk ke pasar obligasi RI, dan rupiah bisa menjadi perkasa kembali.

Sumber : Cnbcindonesia.com

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only