Permintaan dari China Anjlok, RI Alihkan Ekspor Produk Pertanian ke Negara Lain

Sejak awal munculnya virus corona, lalu lintas ekspor dari Indonesia ke China cukup terganggu. Sebab, China sudah membatasi keluar atau masuknya barang untuk mencegah penyebaran virus corona.

Wajar hal tersebut berpengaruh ke Indonesia karena sawit, kelapa, kakao, karet, kopi, teh, lada, pala, cengkeh, sampai kayu manis asal Indonesia menjadi komoditas perkebunan yang rutin di ekspor ke China.

Mengantisipasi hal itu, Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, Kasdi Subagyono mengatakan, pihaknya telah mengambil langkah dengan mengkaji alternatif tujuan pasar ekspor komoditas perkebunan. Langkah itu sebagai bentuk antisipasi menurunnya permintaan China terhadap ekspor komoditas perkebunan Indonesia di tahun 2020.

“Hal ini sekaligus tindak lanjut dari arahan Bapak Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, bahwa sektor pertanian harus menjadi sektor yang paling tangguh dalam menghadapi berbagai krisis, tidak hanya fokus dalam peningkatan produksi, kita juga akan berupaya untuk mencari alternatif pasar tujuan ekspor,” kata Kasdi berdasarkan keterangan tertulisnya, Kamis (2/4).

Kasdi mengungkapkan setidaknya ada enam strategi utama untuk memperkuat ekspor perkebunan Indonesia ditengah pandemik COVID-19 saat ini. Pertama adalah lobi perdagangan dengan negara mitra baru, termasuk untuk mengupayakan direct ekspor terhadap komoditas yang selama ini di re-ekspor melalui China.

“Kedua kami akan lakukan lobi terhadap kesepakatan tarif bea masuk di negara tujuan dan memberikan kemudahan perdagangan bilateral, seperti untuk sugar, vanaspati ghee dan komoditas lainnya, yang ketiga tentu dengan meningkatkan jaminan atas kualitas, brand image, dan ketersediaan produk secara kontinyu” beber Kasdi.

Strategi yang keempat, lanjut Kasdi, pihaknya akan berupaya meningkatkan kerja sama perdagangan untuk peningkatan akses pasar, melalui optimalisasi pemanfaatan perwakilan Indonesia di luar negeri, kerja sama yang sudah berjalan dipercepat, dan tentunya dengan melakukan pengembangan kesepakatan baru.

“Sebagai contoh untuk sawit, berdasarkan analisis kami, tahun ini penyerapan China terhadap komoditas tersebut dipastikan menurun, untuk mengantisipasi hal ini kita akan dorong peningkatan sawit sawit ke India, Pakistan, Bangladesh dengan kenaikan sebesar 20 persen, Amerika Serikat 5 persen. Selain itu ekspor ke Tunisia, Turki, mesir, Aljazair, Maroko dan Iran naik sebesar 10 persen, untuk konsumsi dalam negeri kami targetkan naik 5 persen,” ungkap Kasdi.

Strategi selanjutnya, Kementan berupaya meningkatkan konsumsi domestik, seperti program B-30 untuk CPO, aspal Karet untuk karet, kopi, gula semut, dan komoditas lainnya. Sementara yang terakhir adalah optimalisasi pelayanan jaringan informasi dan komunikasi secara terorganisasi antara bussiness to bussiness (B to B) dan goverment to goverment (G to G).

Sedangkan untuk ekspor karet di Tahun 2020, Kasdi mengaku telah mempersiapkan target-target peningkatan, dan negara-negara alternatif tujuan ekspor selain China.

“Kami akan dorong ke Jerman dan Prancis dengan besar kenaikan 10 persen, Amerika Serikat dan Argentina 10 persen, Jepang dan Korea Selatan naik 7,5 persen, Afrika Selatan hingga 2,5 persen, untuk konsumsi dalam negeri kami targetkan meningkat hingga 5 persen,” tutur Kasdi.

Sumber : Kumparan.com

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only