UMKM Harus Dipacu untuk Lebih Mandiri

JAKARTA – Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) harus dipacu agar lebih man­diri dan berdaya saing tinggi sehingga bisa bertahan dalam menghadapi tantangan dari eksternal salah satunya Pan­demi Covid-19.

Ekonom dari Institute for Development of Economic and Finance (Indef), Riza A Pujara­ma, yang dikonfirmasi Koran Ja­karta, Selasa (7/7), mengatakan saat ini menumbuhkan UMKM dalam negeri harus dilakukan agar tingkat kemandirian men­jadi lebih baik dan menyerap tenaga kerja.

Menurut Riza, sudah banyak kementerian dan lem­baga pemerintah yang melaku­kan pemberdayaan terhadap UMKM, namun masih kurang terintegrasi dan datanya belum sempurna.

“Implementasi di lapangan mungkin perlu diperbaiki dari program-program yang ada. UMKM harus didorong agar terus berinovasi dan terus be­radaptasi dengan teknologi yang ada,” kata Riza.

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi UMKM Indonesia (Akumindo), Muhammad Ikh­san Ingratubun, mengatakan kemandirian UMKM di Indo­nesia harusnya diartikan seb­agai upaya mengurangi keber­gantungan pada bahan baku impor untuk memproduksi barang dan jasa.

Kebergantungan pada im­por itu, jelasnya, menyebabkan mereka tidak berproduksi opti­mal. “Sekarang ini bergantung kebijakan pemerintah mau produksi atau mau membangun industrinya. Kalau tidak mau membangun industrinya maka UMKM akan impor terus,” kata Ikhsan.

Di tempat terpisah, Asisten Deputi Gubernur Bank Indone­sia (BI), Aida S Budiman, dalam visinya saat mengikuti uji kepat­utan dan kepantasan sebagai calon Deputi Gubernur BI mengatakan akan menggenjot pengembangan UMKM berbasis digital karena dinilai mem­perkuat stabilitas ekonomi.

“Jadi, usaha mikro kecil ini­lah merupakan fondasi menjaga stabilitas makroekonomi sekal­igus mendorong pertumbuhan ekonomi berkualitas,” kata Aida.

Menurut dia, UMKM digi­tal merupakan media penguat transisi kebijakan bank sentral karena sektor usaha ini men­jadi tulang punggung pereko­nomian. Adapun fokus yang akan dilakukan adalah kepada sektor usaha mikro kecil atau UMK, karena sektor ini me­nyerap 75 persen tenaga kerja di UMKM dan berkontribusi 44 persen terhadap PDB.

Prioritas Utama

Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Airlangga Har­tarto, dalam peluncuran pen­jaminan kredit modal kerja UMKM mengatakan skala usa­ha itu menjadi prioritas utama pemerintah untuk memulihkan ekonomi nasional dari dampak Covid-19.

Pemerintah, katanya, me­nyediakan anggaran sebesar 123,46 triliun rupiah dari total biaya penanganan Covid-19 senilai 695,2 triliun rupiah dengan peruntukan subsidi bun­ga sebesar 35,28 triliun rupiah, penempatan dana restrukturi­sasi kredit 78,78 triliun rupiah, belanja IJP lima triliun rupiah, penjaminan modal kerja satu triliun rupiah, PPh final UMKM ditanggung pemerintah (DTP) 2,4 triliun rupiah, dan pembi­ayaan investasi kepada kopera­si melalui LPDB KUMKM satu triliun rupiah.

“Ini penting karena pro­gram PEN diharapkan menjadi faktor pengungkit perekono­mian di kuartal III dan IV,” kata Airlangga.

Sementara itu, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, berharap dana sebesar 123,46 triliun rupiah benar-benar diterima dan dimanfaatkan UMKM agar bangkit kembali dari tekanan ekonomi.

Sumber : Koran-Jakarta.com

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only