Otomotif Lesu, Bos Indomobil Sebut Penjualan Ambles 70% di Q2

Jakarta, – Manajemen emiten otomotif Grup Salim, PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS) mengestimasi penjualan otomotif perusahaan bakal melorot hingga 70% pada kuartal II-2020 (April-Juni 2020) seiring dengan dampak pandemi Covid-19 kendati laporan keuangan belum dirilis.

“Penjualan kendaraan di Q1 menurun sebesar 22,2%, adapun Q2 diestimasi akan menurun sekitar 70%,” kata Direktur Utama Indomobil Jusak Kertowidjojo, dalam surat jawaban kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Kamis (9/7/2020).

“Sehubungan dengan pandemi Covid 19 belum terdapat dampak terhadap kolektlbilitas pembiayaan di mana pendapatan dari jasa pembiayaan masih menunjukkan peningkatan pada kuartal 1 tahun 2020 sebesar 22,48% bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu,” kata Jusak.

Berdasarkan laporan keuangan kuartal I-2020, IMAS membukukan rugi bersih Rp 164,50 miliar pada periode 3 bulan tahun ini. Hasil ini jauh berbeda dibandingkan dengan periode 3 bulan di tahun 2019 di mana IMAS berhasil mencetak laba bersih hingga Rp 630,99 miliar.

Adapun sepanjang kuartal I-2020, pendapatan Indomobil terkoreksi 7% menjadi Rp 4,46 triliun dari periode kuartal I-2019 yakni Rp 4,79 triliun.

Sebagai perbandingan, tahun lalu, pendapatan Indomobil naik 4,13% menjadi Rp 18,62 triliun dari tahun 2018 yakni Rp 17,88 triliun. Laba bersih bahkan melesat 631% menjadi Rp 170,06 miliar, dari sebelumnya Rp 23,26 miliar.

“Penurunan pendapatan segmen otomotif dan suku cadang pada tahun 2019 disebabkan karena kondisi ekonomi kurang baik sehingga masyarakat lebih mendahulukan pemenuhan kebutuhan primer,” kata Jusak.

Tahun ini, guna menjaga bisnis perusahaan tetap berjalan dengan baik, perseroan akan melakukan sejumlah strategi bisnis. “Perseroan akan menitik beratkan pengembangan usaha di bidang logistik dan distribusi bahan bakar/energi yang memberikan margin yang baik,” katanya.

Selain itu, IMAS juga akan melakukan tambahan modal dengan melakukan PMHMETD atau Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu atau rights issue untuk pengembangan usaha perseroan dan entitas anak ke depannya.

Saham yang akan diterbitkan adalah saham biasa sebanyak- banyaknya 1.229.012.627 saham biasa (1,22 miliar saham) dengan nilai nominal Rp 250/saham.

Harga pelaksanaan HMETD akan ditetapkan antara Rp 500-600/saham sehingga dengan demikian nilai dana rights issue diperkirakan mencapai Rp 675,95 miliar sebagaimana disebutkan dalam informasi kepada BEI tersebut.

Namun pemegang saham IMAS yakni Gallant Venture Ltd, perusahaan yang sahamnya juga dipegang oleh Grup Salim di Singapura, bersama Keppel Group dan JTC Group ini tak akan menyerap saham baru itu dan berencana mengalihkan seluruh haknya dalam penerbitan saham baru IMAS kepada PT Bina Raya Perkasa.

Hak yang akan diallihkan kepada Bina Raya Perkasa sebanyak 878.562.566 HMETD. Adapun pemilik Bina Raya adalah Pieter Tanuri, pemilik Bali United dan mantan pemegang saham mayoritas Multistrada.

Selain rights issue, Jusak mengatakan perseroan akan memperkuat tim penagihan dan lebih selektif dalam memilih konsumen untuk bisnis pembiayaan.

“Memperluas customer base, optimalisasi unit untuk penyewaan kendaraan dan optimalisasi pengaturan rute sehingga biaya yang dikeluarkan lebih efisien untuk bisnis penyewaan kendaraan dan logistik.”

“Memaksimalkan support dari pihak principal dengan mendukung kegiatan dealer seperti mengadakan pameran-pameran, iklan dan sponsorship sehingga target penjualan 2020 tercapai,” jelasnya.

Sumber : CnbcIndonesia.com

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only