Empat aspek yang harus diperhatikan menghadapi fase survival

  • JAKARTA. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2020 diperkirakan akan minus 4,3%. Perkiraan itu bahkan telah disampaikan Presiden Jokowi pada 15 Juli dalam sesi rapat bersama kepala daerah membahas percepatan penyerapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2020.

Dengan perkiraan tersebut, Indonesia harus bersiap menghadapi gelombang resesi ekonomi yang disebabkan oleh pandemi Covid-19. Apung Sumengkar, pendiri dan CEO konsultan transformasi bisnis holistik Daya Qarsa mengatakan sudah memprediksi fase ini beberapa bulan lalu.

“Analisis kami, jika pandemi terus berlanjut maka ada potensi pertumbuhan PDB Indonesia bisa menyentuh titik minus. Pertumbuhan ekonomi negatif itu artinya, kita tengah memasuki fase survival,” ujar Apung dalam keterangan resminya, Kamis (23/7).

Indikator-indikator resesi itu menurutnya sudah terlihat beberapa waktu terakhir. Permintaan di sebagian besar sektor terlihat jelas menurun drastis. PHK terjadi dalam jumlah masif terjadi. Tingkat konsumsi pada momen lebaran tahun ini juga sepi.

Apung mengatakan, yang bisa dilakukan pada fase ini hanya bertahan hidup. Oleh karena itu, Daya Qarsa merekomendasikan perusahaan untuk berfokus hanya pada aspek-aspek bisnis yang menjadi prioritas atau krusial untuk keberlangsungan hidup bisnis.

Ia bilang, ada empat aspek yang harus menjadi perhatian para pemimpin bisnis, yakni optimalisasi biaya, manajemen pendapatan, manajemen sumber daya manusia (SDM) dan infrastruktur pendukung yang akan menopang ketiga aspek pertama.

Adapun sejumlah strategi turunan yang bisa ditempuh. Pada elemen optimalisasi biaya, lanjut Apung, perusahaan dapat melakukan konsolidasi fungsi dan proses bisnis yang disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan, misal konsolidasi sistem teknologi informasi (TI) dengan proses produksi terkait perangkat kunci dan manajemen inventori.

“Lalu berorientasi terhadap permintaan pasar, melakukan sentralisasi strategi merchandising produk, serta meninjau ulang (negosiasi) sistem pembayaran ke supplier,” kata pria yang telah berkarier lebih dari 15 tahun di perusahaan konsultan global seperti McKinsey dan Deloitte ini.

Pada aspek manajemen pendapatan, perusahaan dapat melakukan restrukturisasi unit bisnis serta kolaborasi antar unit bisnis, melakukan divestasi dan merger unit bisnis yang tidak memberikan nilai tambah bagi perusahaan, melakukan komersialisasi aset-aset perusahaan serta mempromosikan produk yang tidak memiliki potensi nilai tambah untuk mengatasi kendala masa simpan produk.

Pada aspek manajemen SDM, perusahaan dapat merestrukturisasi struktur organisasi yang lebih produktif dan efisien, melakukan retensi talented people untuk mendukung keberlanjutan bisnis perusahaan serta meningkatkan kapasitas karyawan agar memiliki multi skill demi mendukung proses bisnis perusahaan.

Sementara pada aspek infrastruktur pendukung, kata Apung, perubahan harus dilakukan dengan melakukan penguatan kualitas pelayanan untuk mempertahankan brand image di mata pelanggan yang loyal. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi berbasis daring harus dioptimalkan demi mendukung kegiatan operasional seperti penjualan dan pengiriman barang.

“Terakhir perusahaan dapat memanfaatkan paket stimulus ekonomi yang diberikan pemerintah dengan cara memberikan insentif gratis pungutan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21, 22 dan 25 kepada sektor industri tertentu untuk mendukung biaya operasional perusahaan di masa krisis,” papar Apung.

Sumber : kontan.co.id

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only