Bunga makin menciut, ini hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan deposito

JAKARTA. Saat ini tren bunga deposito perbankan terus menciut. Hal ini tentunya sejalan dengan kebijakan Bank Indonesia (BI) yang sejak kuartal II terus memangkas bunga acuan BI 7-day reverse repo rate (7DRR). Menurut riset KONTAN, terhadap beberapa bank besar di Indonesia rata-rata perbankan saat ini menawarkan bunga deposito hanya di kisaran 4% saja. 

Ambil contoh, tiga bank pelat merah seperti PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI). Ketiga bank ini menawarkan bunga relatif sama yaitu di kisaran 4% paling rendah hingga 4,25%. 

Asal tahu saja, besaran bunga yang ditawarkan tidak akan sepenuhnya diterima nasabah atau deposan. Sebab, bunga tersebut nantinya akan terkena potongan pajak untuk nominal tertentu dengan besaran pajak penghasilan (PPh) untuk jumlah dana di atas Rp 7,5 juta. Besarannya yaitu sekitar 20% dari total dana deposito yang nantinya akan dihitung sesuai dengan durasi tenor.

Secara sederhana, apabila nasabah menerima bunga deposito sebesar 4% selama satu tahun, jika dikurangi PPh maka total bunga yang didapat sekitar 3,2%. Tapi tentunya, deposito berbeda dengan tabungan biasa dan punya beragam keunggulan. 

Salah satunya, bunganya bersifat tetap dan lebih besar dari bunga tabungan. Tentunya, nasabah tetap bisa mendapatkan keuntungan hanya dari bunga yang diberikan bank. Selain itu, keunggulan lain dari deposito dibandingkan tabungan adalah bebas dari biaya administrasi bulanan. 

Tentunya instrumen deposito sangat cocok bagi nasabah yang berniat untuk mempertahankan nominal dana yang dimiliki. Nasabah juga harus lebih cerdik dalam mencermati tren bunga deposito di perbankan. Sebab, ada juga bank-bank yang terkadang menawarkan bunga lebih tinggi dibandingkan pasar. 

Misalnya saja, dalam data yang dihimpun Pusat Informasi Pasar Uang (PIPU) Bank Indonesia (BI) per Selasa (25/8) beberapa bank memang menawarkan bunga deposito tinggi.

Misalnya, untuk tenor 1 bulan Bank Mayora dan Bank Mega bisa menawarkan bunga sebesar 5,5%. Diikuti Bank Bukopin dengan bunga 5,25%. Lalu di tenor 12 bulan misalnya, Bank Bukopin bisa menawarkan bunga hingga 5,63%. 

Namun tentunya, tingkat bunga tersebut sangat bergantung pada besaran nominal dana yang akan disimpan. Kemudian, ada juga Bank Amar yang memiliki program spesial untuk nasabah dengan tawaran bunga sebesar 10% berbentuk tabungan digital, yang dirilis awal tahun 2020.

Direktur Utama Bank Amar Vishal Tulsian bilang pihaknya juga berencana melanjutkan program tersebut. Tetapi segmen utamanya adalah nasabah UKM atau mikro. 
“Dengan banyaknya permintaan dari nasabah. Kami akan melanjutkan program ini sambil memperkenalkan fitur baru bagi nasabah. Dengan memanfaatkan bunga berbunga dari produk simpanan ini,” terangnya dalam Video Conference di Jakarta, Rabu (26/8).

Tren bunga deposito melandai

Nasabah yang ingin memarkir dananya di deposito juga harus cermat. Pasalnya, saat ini tren bunga deposito terus melandai. Beberapa bankir yang dihubungi Kontan.co.id mengatakan, penurunan bunga dana salah satunya juga dipicu upaya bank menjaga tingkat biaya dana atau cost of fund (CoF). Bank BNI semisal telah merespons kebijakan bank sentral tersebut.

Direktur Keuangan BNI Sigit Prastowo mengatakan dalam satu tahun ini BNI sudah memangkas suku bunga deposito sebanyak dua kali. “Sebagai hasilnya, CoF DPK Bank BNI di semester I 2020 sudah turun 32 bps (basis poin) secara year on year (yoy),” katanya. 

Lalu, Direktur Treasury, international Banking and Specialis Asset Management Bank Mandiri Darmawan Junaidi belum lama ini bilang, hingga akhir tahun suku bunga kredit dan suku bunga dana memang berpeluang untuk turun.

Di semester I 2020 rata-rata bunga kredit Bank Mandiri sudah turun 160 bps. Sementara bunga deposito turun 30 bps. 

Ke depan, penurunannya kemungkinan akan mengikuti besaran penyesuaian suku bunga acuan BI. “BI benchmark sudah turun dari 4,25% ke 4%. Kami melihat masih ada ruang untuk terus turun,” ujarnya belum lama ini. 

Darmawan juga memberikan sinyal kalau penurunan akan lebih dulu terjadi pada suku bunga dana pihak ketiga (DPK). Kisarannya antara lain sebesar 25 bps-40 bps.

Deposito menarik saat pandemi

Tapi perlu diketahui pula, menurut Perencana Keuangan dari Finansia Consulting Eko Endarto, sifat dari penempatan dana deposito adalah untuk menjaga stabilitas dana tunai. Bukan untuk mencari keuntungan.

Nah, dalam situasi pandemi seperti sekarang menurutnya instrumen deposito masih sangat menarik. “Karena saat ini yang dibutuhkan adalah dana tunai yang cukup, kalau bisa berlebih. Dan mudah untuk dicairkan. Ketika tujuannya untuk itu, tentu bunga tidak menjadi persoalan,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (26/8). 

Sebab, berdasarkan sejarahnya tingkat dana di deposito memang selalu di bawah tingkat inflasi. Nah, Eko juga menjelaskan bahwa dalam merencanakan keuangan sebaiknya setiap orang memiliki dana cadangan. 

Hitung-hitungan sederhananya adalah minimal enam kali pengeluaran bulanan. Semisal, pengeluaran bulanan mencapai Rp 10 juta, maka minimal dana cadangan setidaknya bisa mencapai Rp 60 juta. 

“Idealnya, dari jumlah itu, sepertiganya di tabungan. Kemudian, dua pertiga di deposito,” jelas Eko.

Sumber: kontan.co.id

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only