Belanja Masih Seret, Defisit Anggaran Bisa Mengecil

Defisit Anggaran akhir tahun 2020 diperkirakan hanya akan mencapai 6% dari PDB.

JAKARTA. Rendahnya realisasi penerimaan negara tahun ini dibarengi dengan lambatnya belanja. Walhasil defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020 berpotensi lebih rendah dadri target pemerintah.

Kementerian Keuangan (Kemkeu) mencatat, sepanjang Januari sampai Juli 2020 defisit anggaran mencapai Rp 330,8 triliun atau setara dengan 2,01% terhadap produk domestik bruto (PDB).

Realisasi defisit ini lebih besar dibandingkan dengan realisasi periode sama tahun lalu yang tercatat sebesar Rp 183,9 triliun atau setara dengan 1,16% dari PDB.

Kementerian Keuangan mencatat realisasi pendapatan negara pada akhir Juli sebesar Rp 922,2 triliun, turun 12,4% year on year (yoy). Kontraksi penerimaan negara ini disebabkan oleh setoran pajak yang semakin suram. Catatan pemerintah, realisasi setoran pajak mengalami kontraksi hingga 14,7% yoy, menjadi Rp 601,9 triliun pada periode tersebut.

“Penerimaan pajak turun seiring dengan melemahnya harga migas dan lifting minyak turun sehingga berimplikasi terhadap penerimaan negara dari migas. Pajak Penghasilan (PPh) nonmigas juga melemah,” ujar Sri Mulyani konferensi video menjelaskan realisasi APBN hingga akhir Juli 2020, Selasa (25/8).

Realisasi insentif berat

Disisi lain, realisasi belanja negara mencapai Rp 1.267,4 triliun atau naik 1,3% ketimbang tahun lalu. Belanja negara berasal dari realisasi belanja pemerintah pusat sebesar Rp 793,6 triliun atau tumbuh 4,7% yoy. Sementara realisasi transfer ke daerah dan dana desa sebesar Rp 458,8 triliun, turun 3,45 yoy.

Dengan defisit anggaran tersebut, realisasi pembiayaan tercatat Rp 503 triliun atau 48,4% dari outlook yang ada di Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 72 Tahun 2020. Adapun realisasi pembiayaan dari utang, mencapai Rp 519,2 triliun, atau naik drastis mencapai 118% ketimbang tahun lalu,

Kepala Ekonom Institute Kajian Strategis (IKS) Universitas Kebangsaan Eric Sugandi memperkirakan, realisasi defisit anggaran 2020 hanya mencapai 6% terhadap produk domestik bruto (PDB). Proyeksi tersebut, di bawah outlook defisit 6,34% dari PDB.

Menurut Eric, lebih rendahnya defisit tersebut akibat penyerapan Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang lambat karena terkendala penyaluran anggaran. Hal ini akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang loyo.

Eric meminta pemerintah untuk menggenjot penyaluran bantuan sosial (bansos) yang tepat sasaran. “Bansos ini juga punya multiplier effect lewat konsumsi rumah tangga sehingga dampak keseluruhan terhadap PDB lebih besar,” kata Eric.

Sumber: Harian Kontan

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only