Masuk Jurang Resesi, Harapan Rebound di 2021

Kementerian Keuangan memprediksi ekonomi kuartal III melemah -0,6%- 1,7%

JAKARTA. Dampak pandemi korona (Covid-19) terhadap perekonomian Indonesia semakin parah. Setelah mengalami tekanan atau pertumbuhan ekonomi negatif pada kuartal II-2020 sebesar 5,3%, pemerintah memprediksi kuartal tiga, ekonomi Indonesia kembali negatif.

Dengan begitu, Indonesia masuk resesi. “Proyeksi Kementerian Keuangan, ekonomi kuartal III di rentang 2,8% hingga -1%” ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani, dalam Konferensi Pers realisasi APBN 2020 bulan Agustus (22/9). Dengan begitu, pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2020 ini akan jatuh di kisaran -0,6% hingga -1,7%.

Proyeksi ini dengan beberapa lembaga internasional yang meramal ekonomi Indonesia di zona negatif. Misal The Organization for Economic Co-operatin and Development (OECD) memprediksi ekonomi Indonesia minus 3,3%.

Lalu ada Asian Develompment Bank (ADB) minus 1%, Internasional Monetay Fund (IMF) minus 0,3%, dan World Bank 0%.

Negative teritory akan terjadi kuartal III dan mungkin masih akan berlangsung di kuartal IV yang kami upayakan akan tetap dekat dengan 0% di level positif,” ujar Menkeu. Kata Menkeu, forecast ini berdasarkan perkembangan kasus Covid-19 yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi.

Secara terperinci, Menkeu menyebut, faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi di tahun ini. Pertama, konsumsi rumah tangga yang mulai membaik tercermin dari data mobilitas masyarakat yang meningkat, namun masih negatif.

Kedua, konsumsi pemerintah di kuartal III-2020 naik tajam seiring percepatan realisasi belanja pemerintah. Ketiga, investasi sedikit lebih baik, meski masih lemah tercermin dari indikator aktivitas pembangunan, impor barang modal, dan penjualan kendaraan juga.

Dus perbaikan aktivitas ekonomi masih tertahan membuat investasi masih wait and see.

Keempat, perdagangan internasional masih turun tajam. Meskipun ada perbaikan indeks manufaktur tapi secara akumulatif ekspor dan impor tercatat juga masih negatif. Kelima, aktivitas pariwisata masih rendah, menekan sektor transportasi, hotel dan restoran. Keenam, sektor pertanian, informasi dan komunikasi dan berbagai sektor jasa mampu tumbuh positif.

Konsumsi naik

Meskipun resesi 2020, pemerintah berharap kinerja ekonomi di tahun 2021 akan mengalami rebound. Kementerian Keuangan berharap pertumbuhan tahun depan bisa mencapai 4,5% – 5,5%.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Febrio Kacaribu mengatakan pemerintah akan melakukan segala upaya dan kebijakan yang telah dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah agar bisa mendorong pertumbuhan ekonomi 2021. “Mudah-mudahan tahun depan positif,” ujar Febrio dalam konferensi secara daring, Selasa (22/9).

Optimisme pemerintah tersebut didorong oleh beberapa indikator utama. Misalnya kebijakan pemerintah untuk menangani krisis dengan cara respon yang sangat antisipatif.

Hal ini tercermin dari outlook 2020 yang menunjukkan komponen Produk Domestik Bruto (PDB) seperti ekspor, impor, konsumsi rumah tangga dan sebagainya seluruhnya negatif atau terkontraksi terkecuali konsumsi pemerintah yang masih bisa mengalami pertumbuhan positif.

“Sehingga pemerintah tahun ini bahkan di tahun depan memang menjadi penopang yang sangat penting bagi perekonomian. Hanya lewat kerja keras kita bersama-sama, perekonomian kita tidak akan terkoreksi terlalu dalam,” jelasnya.

Adapun optimisme di tahun depan juga akan membawa pertumbuhan yang kian membaik untuk komponen ekspor dan impor, investasi hingga konsumsi rumah tangga ini terutama berasal dari bantuan sosial yang diberikan oleh pemerintah dalam bentuk tunai.

Sumber: Harian Kontan

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only