Kebijakan Bunga Acuan Blum Berefek ke Properti

Pengembangan berhaap suku bunga KPR turun sehingga bisa mengerek pasar properti

JAKARTA. Bank Indonsia (BI) menurunkan bunga acuan menjadi 3,75%, pekan lalu. Meski bunga acuan melandai, pasar properti belum bergerak signifikan.

Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Real Estate Indonesia (REI) Totok Lusida menyebutkan, bisnis properti terkait erat dengan kondisi makro ekonomi Indonesia. Jadi, selama perekonomian nasional belum pulih, maka minat masyarakat terhadap properti cenderung stagnan, bahkan berpotensi turun.

Jadi, penurunan suku bunga acuan BI tidak langsung berdampak terhadap sektor properti selama kebijakan itu belum mampu mengangkat kondisi ekonomi nasional. “Perbankan juga belum menurunkan suku bunga KPR karena masih mempertimbangkan kondisi ekonomi,” ujar dia, Senin (23/11).

Oleh sebab itu, REI berharap pemerintah mendongkrak kembali roda perekonomian Indonesia yang tertekan selama pandemi Covid-19.

Kehadiran Undang-Undang Cipta Kerja juga diharapkan membantu pemulihan ekonomi di masa pandemi, meski hal tersebut perlu dibarengi sejumlah penerbitan peraturan pelaksana. “Kami juga telah meminta pemerintah terkait kebijakan penundaan pembayaran angsuran pokok atau bunga KPR dan kebijakan sunset policy di sektor properti,” ungkap Totok.

Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch, Ali Tranghanda menjelaskan, saat ini tren melandainya bunga acuan belum sepenuhnya direspons dengan penurunan suku bungan KPR. Padahal penurunan itu bisa menjadi salah satu stimulus utama di pasar proprti. “Kalau suku bunga KPR turun, maka penjualan properti diyakini meningkat sejalan dengan kenaikan daya beli masyarakat karena cicilan per bulan akan semakin rendah,” papar dia.

Meski demikian, pasar properti Indonesia masih tetap diminati, terutama untuk rumah tapak. Ali melihat, permintaan properti segmen harga di atas Rp 1 miliar masih meningkat. Sebaliknya, properti dengan harga di bawah Rp 300 juta justru lesu. “Semakin ke bawah kelas sosialnya, daya beli semakin tertekan saat ini akibat isu PHK dan lain-lain,” imbuh Ali.

Direktur PT Ciputra Development Tbk (CTRA) Tulus Santoso menilai, dampak penurunan suku bunga acuan pekan lalu biasanya baru terasa tiga bulan ke depan. Pasalnya, perbankan lebih lambat merespons penurunan bunga acuan ke suku bunga kredit.

Dia belum bisa menjelaskan gambaran maketing sales CTRA di kuartal IV. Namun, Tulus mengakui, tren bunga acuan yang turun tetap membawa berkah bagi penjualan properti. “Kuartal III lebih baik dibandingkan kuartal II meski tak terlalu signifikan,” tutur dia.

Dalam catatan KONTAN, CTRA telah meraih marketing sales Rp 3,8 triliun dari total target tahun ini Rp 4,5 triliun.

Wakil Direktur Utama PT Metropolitan Kentjana Tbk (MKPI) Jeffri Tanudjaja bilang, sampai kini beum terlihat peningkatan penjualan properti MKPI khususnya untuk kalangan menengah atas, kendati suku bunga acuan dalam tren penurunan.

Efek kebijakan itu baru benar-benar terasa manakala suku bunga KPR ikut diturunkan. “Jika memang suku bunga KPR bisa turun, tentu bagus untuk properti,” kata dia.

MKPI sudah merilis proyek di segmen menengah dan atas, yakni Pondok Indah Townhouse. Proyek ini memiliki luas tanah mulai dari 138 m2 dan bangunan sekitar 300 m2.

Sumber: Harian Kontan, Selasa 24 Nov 2020 hal 13

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only