Bisa Tancap Gas Berkat Insentif Pajak

JAKARTA. Sektor otomotif mendapat angin segar setelah pemerintah menggratiskan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) untuk kendaraan bermotor, mulai Maret 2021. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) berharap, insentif pajak tersebut bisa meningkatkan penjualan otomotif di Indonesia.

Kinerja industri otomotif memang tertekan cukup dalam selama pandemi Covid-19 menyerang. Lihat saja, Gaikindo melaporkan realisasi volume penjualan secara wholesales (penjualan dari pabrik ke diler) di sepanjang 2020 anjlok 48,3% dari tahun sebelumnya. Sedangkan penjualan ritel minus 44,5%.

Demi mendorong pertumbuhan ekonomi melalui industri otomotif, pemerintah akhirnya mengesahkan insentif pajak yang dilakukan secara bertahap selama sembilan bulan ke depan. Pembebasan PPnBM akan diberikan pada tahap pertama.

Kemudian, di tahap kedua, akan ada diskon insentif PPnBM sebesar 50%. Setelah itu, insentif PPnBM 25% dari tarif akan diberikan pada tahap ketiga.

Catherina Vincentia, Analis MNC Sekuritas, menghitung, potongan harga mobil dari bebas pajak ini akan cukup signifikan bagi pembeli individual. “Secara rata-rata diskon pada mobil yang dibayar penuh setelah mendapat insentif pajak adalah 7,71%,” tulis dia dalam risetnya.

Selanjutnya, diskon akan berkurang menjadi 3,85% saat insentif pajak berkurang ke 50% di tahap ke dua. Jika membeli mobil saat penerapan bebas pajak di 25% atau di tahap tiga, maka harga akan terdiskon 1,93%.

Dengan harga jual mobil yang lebih rendah, Gaikindo memprediksi penjualan akan tumbuh 40% atau sekitar 60-70 juta unit per bulan pada tahap pertama implementasi insentif pajak. Catherina sepakat pertumbuhan penjualan bisa terwujud karena jenis mobil yang mendapat insentif pajak memiliki pangsa pasar yang besar, yaitu sekitar 40,26% di sepanjang 2020.

Seiring aktivitas ekonomi dan bisnis yang kembali normal, Catherina memprediksi penjualan mobil di bawah 1.500 CC juga akan naik, mengikuti kenaikan daya beli masyarakat. Apalagi, mobil kategori tersebut memiliki pasar yang besar.

Catherina menyebut, tanpa adanya insentif pajak pun, penjualan mobil berpotensi naik 30% tahun ini. “Melihat penjualan mobil di tahun lalu anjlok 50%, kami mengasumsikan kenaikan penjualan mobil akan lebih tinggi, apalagi dengan adanya insentif pajak,” papar dia.

Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony mengatakan, insentif pajak memang bisa menjadi sentimen positif bagi sektor otomotif. Namun, Chris mengamati sikap pelaku pasar saat ini masih cenderung wait and see.

Menurut Chris, ini karena jenis kendaraan yang mendapat insentif pajak merupakan kendaraan dengan pasar menangah ke bawah. Sementara, daya beli segmen tersebut masih terganggu dan cenderung tertahan. “Tantangan di sektor otomotif adalah daya beli yang cenderung masih belum tumbuh dan ekonomi masih cenderung melemah,” kata Chris, Jumat (5/3).

Kurang luas

Henry Wibowo, Analis JP Morgan Sekuritas Indonesia, juga menilai insentif pajak yang ditetapkan oleh pemerintah untuk 21 jenis mobil masih kurang luas. Ia melihat, pasar roda empat di Indonesia selama ini kerap didorong oleh keinginan mengganti mobil lama dengan jenis mobil yang lebih tinggi.

Menurut analisa Henry, pemilik mobil tidak akan mengganti mobil mereka dengan jenis mobil yang sama atau yang kelasnya lebih rendah. Sementara, insentif pajak pemerintah tidak terlalu luas menyasar mobil dengan kapasitas mesin di atas 2.500.

“Kami menilai insentif pajak akan lebih berdampak signifikan bila pemerintah memperluas jenis mobil yang dikenakan bebas pajak, sehingga masyarakat dimudahkan untuk ‘upgrade’ kepemilikan mobil mereka,” kata Henry.

Namun, tidak dipungkiri, sentimen insentif pajak ini telah mendorong naik harga saham emiten otomotif. Chris berharap sentimen positif ini bisa didukung oleh optimisme masyarakat terhadap pertumbuhan ekonomi. “Selama ekonomi masih bergerak lambat, pertumbuhan sektor otomotif akan tertahan,” kata Chris.

Catherina masih mempertahankan pandangan netral untuk prospek saham-saham sektor otomotif. Emiten favorit Catherina tetap PT Astra International Tbk (ASII).

Ke depan, Catherina juga berharap ASII dapat meningkatkan penjualan serta market share, seiring dengan implementasi insentif pajak. Catherina memasang rekomendasi buy saham ASII dengan target harga Rp 7.480 per saham.

Kompak, Chris menjagokan ASII dengan target harga Rp 7.500. “Valuasi ASII per Jumat (5/3) di Rp 5.500 cukup murah,” kata dia.

Sumber: Harian Kontan, Senin 08 Mar 2021 hal 5

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only