Mulai Bangkit Tapi Masih Serba Tak Pasti

Pemerintah percaya diri pemulihan ekonomi 2022 makin kuat dengan proyeksi pertumbuhan di level 5,2%. Apa saja indikasinya?

Senyum termringah Sarman Simanjorang terus mengembang. Ketua Umum Hi,punan Pngusaha Pribumi DKI Jakarta ini menyambut gembira keputusan pemerintah yang menerapkan PPKM level 3 secara serentak pada periode Natal dan Tahun Baru.

“Kebijakan itu akan meng- gairahkan aktivitas bisnis dan ekonomi di akhir tahun,” ujar-nya, berseri-seri. 

Ya, semua pelaku usaha kini cukup menarik nafas lega.  Awan kelabu yang bakal menaungi dunia usaha di pengujung tahun ini sudah berlalu seiring dengan dibatalkannya tingkat PPKM 3. Tanpa kehadiran dan penyekatan, perpindahan massa untuk pelesiran di pengujung tahun bakal melesat. 

Efek selanjutnya, konsumsi rumahtangga bakal meningkat sehingga berdampak positif terhadap omzet pelaku usaha.  Ada banyak sektor bisnis yang menadah berkah dari pelonggaran mobilitas tersebut, sepusat perpusatakaan, hotel, restoran, kafe, pusat hiburan pwisata, transportasi, hing-pieka UMKM. 

Bukan saja pelaku usaha, pemerintah juga diuntungkan dari geliat bisnis tersebut.  Karena itu konsumsi juga akan menopang pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2021 yang ditargetkan berada di kisaran 5,5%-6%. 

“Bahkan, bukan tidak bisa di atas target meng- ingat Indeks Keyakinan Konsumen pada bulan Oktober 2021 sudah kembali ke level optimistis di angka 113,4,” ujar Sarman yang juga Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Otonomi Daerah ini.

dalam konteks itu nampaknya bisa dipahami mengapa pemerintah gamang dalam menetapkan kebijakan PPKM level 3 di pengujung tahun ini. Sudah berkoar-koar bakal menerapkan PPKM level 3 disemua daerah sebagai antisipasi lonjakan kasus covid 19 di masa Nataru, eh, belakangan pemerintah menganulir sendiri rencana tersebut.

“itu tentu ada korelasi dengan pertumbuhan ekonomi,” ujar trubus rahadiansyah, pengamat kebijakan publik Universitas Trisakti.

Pemerintah sendiri tak menepis anggapan itu.  Ibarat rem dan gas seperti yang kerap di sampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi), kini pemerintah memilih menginjak gas.  “Ada hal-hal yang harus dipikirkan di mana ekonomi juga harus bisa bergerak,” kata Ke- pala Kantor Staf Kepresidenan  (KSP) Moeldoko.

Ia menggambarkan sektor kesehatan dan ekonomi sebagai gas dan rem.  Ketika penularan tinggi, maka rem diinjak untuk menekan kasus.  Namun, ketika kasus positif nomi yang sesuai agar ber- kasus Covid-19 memang dalam korona menurun, maka putar kembali.  Nah, saat ini tren menurun, sehingga pemerintah merasa tidak percaya diri untuk menginjak gas. 

Sebagai kebijakan pengganti yang lebih ramah terhadap ak- tivitas bisnis dan ekonomi, pemrintah memilih model pem- khusus Nataru.  Tanpa penyekatan dan di jalan raya seperti diakukan setiap ada momen libur, disediakan khusus Nataru hanya selama ini pengawasan di ruang-ruang publik.  “Menggunakan aplikasi PeduliLindungi,” ujar Mendagri Tito Karnavian.

Sekilas kebijakan itu memang tidak ada ubahnya dengan yang berlaku sekarang ini. kebijakan serba longgar itu diharapkan bisa membuat aktivitas bisnis dan ekonomi tetao bergairah. “Pemerintah tentu berharap target pertumbuhan ekonominya tidak meleset dalam. Kalau akhir tahun dibatasi, sudah pasti target tidak tercapai,” ujar Trubus.

Pemulihan Ekonomi

Namun, bukan sekedar target pertumbuhan yang ingin dicapai. Bagi pemerintah merupakan momentum petinggi bagi terjadinya pemulihan ekonomi yang akan sangat menentukan kondisi perekonomian nasional hingga tahun-tahun berikutnya.

Ibarat reli panjang yang menuju jalanan terjal dan licin setelah dihantam pandemi Covid-19, sekarang trek reli dalam kondisi mulus.  Itu sebabnya, beberapa mesin penggerak pertumbuhan ekonomi kini tampil prima. Tingkat konsumsi rumahtangga, misalnya, terus meningkat dalam beberapa bulan terakir.

Bank indonesia (BI) mencatat indeks keyakinakan konsumen pada oktober 2021 sudah kembali ke zona optimis menjadi sebesar 113,4. sebelumnya, IKK tercatat berada zona pesimistis selama tiga bulan berturut-turut, sejak Juli hingga September 2021.

Sementara penjualan ritel pada Oktober 2021 diperkirakan meningkat dengan Indeks penjualan Riil (IPR) sebesar 193,0 atau naik dari 189,5 pada bulan September 2021. Pun dengan indeks atau PMI Manufaktur Indonesia. IHS Markit mencatat Indeks PMI Manufaktur Indonesia pada Oktober 2021 sebesar 57,2 atau naik dari 52,2 pada bulan sebelumnya.  Tak hanya kembali ke zona ekspansif dan meningjat, ini bahkan mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah. 

Menjulangnya aneka indeks itu tidak lepas dari meningkatnya aktivitas ekonomi dan pendapatan masyarakat.  Pemicunya apalagi kalau bukan karena pelonggaran kebijakan pembatasan mobilitas diberbagi wilayah sebagai dampak respons penanganan covid-19 yang juga semakin baik.

“Kasus covid-19 sejauh ini sudah terkendali dan menjadi modal untuk bisa menjalankan kegiatan ekonomi,” ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani.

Menguatnya sinyal pemulihan ekonomi itu memang tidak lepas dari dilonggarkannya kebijakanpembatas aktivitas masyarakat sejak akhir agustus lalu, seiring dengan mulai melandainya kasus pandemi di Tanah Air. Diluar Jawa Bali, misalnya, kini tinggal 64 kabupaten/kota yang berada dilevel 3. Selebihnya berada di level 2 dan 1. Sementara di Jawa-Bali masih ada 12 wilayah yang masuk PPKM level 3.

Tentu situasi yang mulai kondusif ini benar-benar dimaksimalkan pemerintah buat memacu pertumbuhan ekonomi dienghujung tahun. Dimana pemerintah mengincar pertumbuhan ekonomi 5,5% di kurtal IV tahun ini. Adapun akumulasi pertumbuhan ekonomi sepanjang 2021 ini ditargetkan ada direntang 3,7% hingga 4,5%.

Sikap percaya diri pemerintah bukan saja didasarkan pada perbaikan yang makin menguat memasuki kurtal IV ini. Tapi juga didasarkan pada tren pemulihan yang sudah berlangsung sejak kurtal II-2021. Pada periode itu ekonomi memeng meleset tinggi ke zona positif dengan bertengger di level 7,07%.

Memeng, proses pemulihan ekonomi yang baru membuncah itu sempat terganggu meysusul datangnya terjangan gelombang kedua pandemi pasca hari raya idul fitri pada pertengahan juli lalu. Amun nyatanya ekonomi kurtal III bisa bertahan denga mencatat pertumbuhan di level 3,51%.

Pada periode itu, konsumsi teratat tumbuh 1,03% dan investasi bergerak naik3,7% sementara impor pada kuartal III 2021 juga meleset mengikuti tren ekspor BPS mengumumkan impor pada kuartal III-2021 tumbuh 46,98% secara tahunan, dengan nilai mencapai US$ 48,18 miliar atau Rp 684,16 triliun. Kenaikan impor ini merupakan pertanda kebaikan ekonomi domestik.

Belum lagi ekspor yang mencatat kinerja apik menyusul harga komoditas menjelang tutup tahun.  Nah, pemerintah tentu tidak ingin proses pemulihan yang sedang berlari kencang itu kembali terganggu oleh kebijakan pembatasan aktivitas masyarakat.  Itu sebabnya pemerintah memilih tetap melonggarkan aktivitas masyarakat, kendati di penghujung tahun ini dunia tengah dibayang-bayangi virus omicron, varian terbaru dari mutasi Covid-19.

Target 2022

Lalu bagaimana pemerintah Target 2022 memandang prospek ekonomi tahun depan? 

Kendati masih dibayang-bayangi pandemi, khususnya Varian Omicron, toh pemerintah nampaknya jauh lebih percaya diri dalam menatap pemulihan ekonomi tahun depan. Indikasi tidak lain adalah membaiknya sejumlah Indikator-indikator penting ini, khususnya di periode akhir tahun.

“Tentu saja aktivitas konsumsi dan produksi di kuartal IV-2021 menjadi bekal memasuki tahun 2022 yang lebih kuat dari sisi pemulihan ekonomi,” ujar Sri Mulyani.

Ditambah, kasus Covid-19 di Tanah Air semakin terkendali. Ini semua menjadi modal untuk menjalankan kegiatan ekonomi lebih bergairah lagi. Makannya bisa dibilang, tahun depan merupakan golden moment atau momen emas pemerintah untuk mengakselerasi pemulihan, dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi di level 5,2% hingga 8.

Demi mencapai target tersebut, pemerintah tetap akan berjibaku pada upaya penanganan pandemi dan pemulihan ekonomi secara beriringan. Melanjutkan upaya yang sudah dilakukan tahun ini, penanganan pandemi tetap berfokus pada percepatan program vaksinasi yang ditargetkan bisa menjangkau hingga 70% populasi.

Sejalan dengan percepatan vaksinasi, pemerintah juga tetap akan mengamanan stok vaksin dan obat-obatan, hingga peningkatan kapasitas kesehatan di daerah-daerah.  Sementara pembatasan aktivitas masyarakat akan menyesuaikan dengan kondisi yang ada.  “Tetap dengan prinsip kehati-hatian,” ujar Raden Pardede, Sekretaris Eksekutif Penanganan Covid-19 dan Pemulihan (PCPEN). 

Berbagai upaya itu diyakini bakal mampu mengendalikan wabah, sehingga proses pemulihan ekonomi bisa berjalan dengan baik. Namun demikian, pemerintah tetap tidak menjamin wabah bakal sepenuhnya hilang di tahun depan. Sebab, sampai saat ini tidak ada satu pun negara yang berhasil menurunkan kasus Covid-19 hingga nol. 

Melihat tren itu, besar kemungkinan wabah tidak sepenuhnya hilang, hingga nanti ditetapkan menjadi endemi. “Dan kita harus siap hidup berdampingan dengan Covid-19,” cetus Raden, lagi.

Nah sembari terus melkukan upaya pengendalian pandemi, pemerintah juga tetap fokus pada program pemulihan ekonomi. Strategi yang ditempuh fokus menjaga momentum positif yang sudah tercipta diakhir tahun ini. Sehingga optimisme di masyarakat dan kalangan dunia usaha tetap terjaga dengan baik.

Upaya yang dilakukan antara lain dengan tetap melanjutkan program perlindungan sosial bagi masyarakat.  Insentif fiskal bagi dunia usaha, sektor UMKM, juga tetap dilanjutkan.  Hal itu dilakukan demi memberikan dukungan kepada pelaku bisnis untuk mnjaga proses keberlangsungan usaha selama masa pemulihan ekonomi. 

Khusus untuk.  UMKM, berbagai program telah diberikan, antara lain, subsidi bunga, penempatan dana pemerintah pada bank umum mitra untuk mendukung perluasan kredit modal kerja dạn restrukturisasi kredit UMKM, penjaminan kredit modal kerja UMKM, banpres produktif usaha mikro, bantuan tunai untuk PKL dan warung, dan insentif PPh final UMKM yang ditanggung pemerintah (DTP).

Upaya menggairahkan ekonomi juga dilakukan melalui berbagai event skala dunia yang dihelat di dalam negeri. 

Adapun alokasi program PEN di tahun 2022 akan diarahkan untuk mendorong perekonomian melalui program 4 klaster.  Di antaranya kesehatan sebesar Rp 77,05 triliun, perlindungan masyarakat Rp 126,54 triliun, program prioritas Rp 90,04 triliun, dan dukungan UMKM dan korporasi sebesar Rp 27,48 triliun.

Tidak semata-mata mengandalkan PEN, upaya menggairahkan ekonomi juga bakal dilakukan lewat berbagai event sakala dunia yang dihelat di dalam negeri. Salah satunya dengan menjadi tuan rumah pertemuan G20 yang dimulai 1 Desember 2021 hingga puncak pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pada November 2022.  Ratusan pertemuan akan digelar dalam perhelatan akbar tersebut.

Event akbar lainnya adalah dengan menggelar balapan kelas dunia, yakni menjadi tuan rumah MotoGP 2022 di Mandalika, Nusa Tenggara Barat, pada Maret mendatang.  Berbagai acara akbar tersebut bakal berdampak positif bagi banyak sektor usaha, seperti sektor jasa, perhotelan, transportasi, UMKM, dan sektor terkait lainnya. Diharapkan semua upaya itu dapat terus mendorong upaya pemulihan ekonomi hingga tumbuh di kisaran 5,2% pada tahun 2022.

Kendati banyak rancangan program yang sudah disiapkan untuk memacu ekonomi tahun depan, kalangan ekonom tetap meragukan target pertumbuhan 5,2% bakal tercapai. Mohamad Faisal, Direktur Eksekutif  Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, menyatakan, tidak mudah mencapai target pertumbuhan 5% di tahun depan. Dengan penanganan pandemi yang baik saja, ia memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2022 hanya sekitar 4% saja.

Pasalnya, masih banyak sektor usaha yang belum pulih, ditambah adanya varian baru yang menghantui bila keran masuk warga asing dibuka. Artinya, upaya pemerintah dengan menggelar event internasional guna meningkatkan pariwisata juga bisa menimbulkan risiko baru.

“Kalau pandemi tidak terkendali dan aktivitas warga normal, maka bisa tumbuh di atas 4%, tapi tidak akan sámpai 5%. Kalau pandemi menyeruak lagi, maka ceritanya akan lain,” ujar Faisal.  

Selain itu, harga komoditas tahun depan juga tidak akan setinggi akhir tahun ini, sehingga kinerja ekspor tidak akan lebih baik.  Institute for Development of Economics and Finance (Indef) juga melihat kecil kemungkinan pertumbuhan ekonomi tahun depan bisa dipacu di angka 5,2%.  Lembaga ini memproyeksikan tingkat pertumbuhan ekonomi 2022 hanya mentok di level 4,3% secara tahunan.

Sementara proyeksi pertumbuhan ekonomi sampai akhir tahun ini hanya dalam kisaran 3%, tidak akan menyentuh hingga ke level 5% seperti target pemerintah.  “Pertumbuhan ekonomi jika dirata-rata hingga sekitar kuartal III-2021 itu sekitar 3,28%, masih cukup jauh dari target,” ujar peneliti Indef, Riza Annisa Pujarama.

Sumber: Tabloit Kontan tanggal 13 Desember-19 Desember 2021 hal 21

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only