Kemenkeu Ramal RI Masih Untung dari Kenaikan Harga Komoditas Tahun Ini – Makro

Kenaikan harga-harga komoditas yang dimulai pada semester II 2021 memberi berkah bagi Indonesia, terutama dari sisi penerimaan negara. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memproyeksikan tren serupa masih akan berlanjut tahun ini.

“Untuk (kenaikan harga) nikel, CPO (crude palm oil) akan mengikut pertumbuhan ekonomi dunia, kalau pertumbuhan ekonomi dunianya masih kuat, maka kita akan melihat masih ada peluang nilai tambah dari sana,” kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu dalam diskusi dengan media, Rabu (12/1).

Sementara itu, keuntungan bagi penerimaan negara dari kenaikan harga-harga komoditas energi juga masih akan cukup tinggi. Ia mengatakan harga batu bara, minyak dan gas berpotensi masih meningkat ttahun ini.

“Tren ini diperkirakan bertahan sampai pertengahan tahun 2022 tetapi setelah lewat musim dingin mungkin akan berkurang,” kata dia.

Di sisi lain, kenaikan harga-harga sebenarnya telah memunculkan tantangan baru bagi perekonomian dunia, yakni inflasi yang melonjak di sebagian besar negara.

Di Amerika Serikat (AS), kenaikan harga-harga bahkan telah menyentuh rekor tertingginya dalam empat dekade terakhir. Ini di samping masalah lain yang juga mendorong kenaikan inflasi, seperti masalah di rantai pasok.

Meski demikian, Febrio mengatakan Indonesia justru menjadi salah satu negara yang tahun lalu berhasil lolos dari bayangan lonjakan harga-harga. Inflasi di Indonesia di penutupan tahun 2021 bahkan tidak mencapai target minimal di 2%.

“Namun kenaikan harga komoditas ini memberi kabar baik, khususnya bagi komoditas unggulan Indonesia, dalam konteks ini nikel, CPO karet dan batu bara ini adalah produk-produk yang kita banyak mendapatkan windfall ,” kata Febrio.

Dia mengatakan, kenaikan harga CPO dan batu bara sangat signifikan tahun lalu.  Tren Ini menghasilkan dampak positif, terutama dari sisi penerimaan negara dari ekspor. Secara lebih luas, dampaknya juga terhadap penciptaan lapangan kerja.

Lonjakan harga komoditas yang memicu peningkatan pada nilai ekspor juga berdampak positif ke penerimaan negara. Berdasarkan catatan sementara Kementerian Keuangan, sampai akhir tahun penerimaan negara mencapai Rp 2.003,1 triliun atau 114,9% terhadap target dalam APBN 2021.

Seluruh sumber penerimaan negara mencapai target. Dari sisi perpajakan mencapai 103,9% dari target. Hal ini tidak bisa lepas dari setoran pajak sektor pertambangan yang melonjak 59,8% dibandingkan realisasi tahun sebelumnya. Peningkatan harga komoditas menyebabkan peningkatan pada setoran PPh badan.

Dari sisi kepabeanan, realisasi bea keluar melesat 708% dari capaian tahun 2020. Setoran bea keluar mencapai Rp 34,6 triliun atau 1.933% dari target dalam APBN. Kenaikan penerimaan ini didorong peningkatan pada volume ekspor dan harga komoditas, terutama dari kelapa sawit dan tembaga.

Setoran Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) juga jauh di atas target, yakni 151,6% dari yang ada dalam APBN. Setoran PNBP migas naik 41,9% dikarenakan kenaikan ICP sepanjang tahun lalu.

Selain itu, setoran PNBP non-migas juga naik 87,6% dari tahun 2020 dikarenakan kenaikan harga minerba seperti batu bara, tembaga dan nikel. Selain itu, berkat kenaikan harga CPO, penerimaan negara dari BLU tahun 2021 juga melonjak 72,5% dari tahun sebelumnya.

Sumber: katadata.co.id

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only