Investasi Smelter Nikel Terancam Pajak Ekspor

Asosiasi nikel menemukan masih marak penyeludupan ekspor bijih nikel di daerah perbatasan

JAKARTA. Minat investor berinvestasi di pabrik pengelahan dan pemurnian (smelter) nickel pig iron dan feronikel (NPI dan FeNi) bisa turun. Pemicunya adalah pemerintah akan menerapkan pajak ekspor terhadap kedua produk tersebut.

Pajak ekspor ini akan menambah beban pengusaha. Alhasil, “Pengenaan pajak ini berpotensi membuat pengusaha enggan membangun smelter,” ujar Djoko Widajatno, Executive Director Indonesia Mining Associaton (IMA). Kamis (14/1).

Direktur PT Vale Indonesia Tbk (INCO), Bernardus Irmanto mengakui, pengenaan pajak akan memberikan tekanan terhadap industri nikel, terutama perusahaan yang melakukan ekspor produk olahan nikel. “Tak terkecuali Vale, karena kami mengekspor semua produk kami ke Jepang,”kata dia saat dihubungi, kemarin.

Sejauh ini, ia belum mengetahui dengan jelas, apakah produk olahan nikel lain di luar NPI dan FeNi, seperti Nickel Matte atau MSP/MHP akan diperlakukan sama. Namun, jika tujuan pajak ekspor untuk mendorong hilirasi hingga ke level produk nickel matte atau bahkan hingga baterai mobil listrik, sebaiknya kebijakan itu dilakukan secara hati-hati.

Menurut dia, perlu dikaji waktu pelaksanaan dengan melihat ketersediaan downstreaming facility di Indonesia. “Yang pasti pemerintah perlu mendorong ekosistem hulu hilir,” ujarnya. Vale sendiri belum berniat membangun pabrik nickel matte maupun pabrik baterai mobil listrik.

Penyeludupan Nikel

Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Industri Pengolahan dan Pemurnian Indonesia (AP3I), Prihadi Santoso juga mengakui, pungutan pajak ekspor akan mengurangi minat pembangunan smelter di Tanah Air. Apalagi di sisi lain, aktivitas ekspor ilegal bijih nikel masih marak ditemukan di daerah-daerah.

Jika tidak diawasi dengan ketat, penyeludupan mineral berbasis nikel akan terus berlangsung. “Aparat pengawas perbatasan kita belum sempurna sarana prasarana peralatan mereka untuk membedakan NPI dan feronikel dengan nikel ore kadar rendah. Sehingga penyeludupan nikel mudah dilakukan di daerah-daerah terpencil,” kata dia.

Kementerian ESDM mencatat, produksi NPI dan Feronikel terus meningkat setiap tahunnya. Produksi NPI naik dari 542.100 ton tahun 2017 menjadi 781.000 ton pada 2019. Sementara produksi feronikel naik dari 314.000 ton tahun 2017 menjadi 1,4 juta ton di tahun 2020.

Sumber : Harian Kontan Sabtu 15 Januari 2022 hal 10


Posted

in

by

Tags:

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only