Prospek Emiten Sawit Ditopang Harga CPO

JAKARTA. Pemerintah India memangkas pajak atas impor minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) menjadi 5% dari sebelumnya 7,5%. Kebijakan ini diambil dalam rangka mengendalikan harga komoditas lokal dan membantu industri penyulingan serta konsumen domestik.

Analis BRI Danareksa Sekuritas Andreas Kenny menilai, pemangkasan pajak impor CPO ini akan berdampak positif bagi emiten sawit dalam negeri. Tentunya, permintaan ekspor ke India akan meningkat.

Emiten yang diuntungkan dengan pemangkasan pajak impor ini antara lain PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI). “Karena India merupakan salah satu destinasi ekspor mereka,” terang Andreas, Senin (14/2).

Tapi Direktur Utama AALI Santosa mengatakan masih akan melihat dampak pemangkasan pajak impor pada pergerakan harga internasional CPO. Sebab, AALI tidak pernah menargetkan tujuan ekspor tertentu.

“Kami menentukan penjualan berdasarkan harga harian saja, dengan melihat mana yang memberikan dampak terbaik antara pasar ekspor dan domestik,” terang Santosa, Senin (14/2). Demikian pula dengan jenis produk yang dijual.

Sekadar info, harga CPO di pasar internasional terbang setelah India memutuskan memangkas pajak impor CPO. Harga CPO kontrak pengiriman April 2022 di Malaysia Derviative Exchange ditutup di RM 5.667 per ton. Harga CPO sudah menanjak 25,84% sejak akhir tahun lalu.

Terkerek minyak mentah

Selain karena sentimen kebijakan India tersebut, prospek emiten produsen CPO diyakini masih cerah tahun ini. Alasannya, harga komoditas perkebunan tersebut masih akan solid.

Andreas melihat, harga CPO akan terjaga lantaran produksi sawit Indonesia secara nasional juga tidak akan bertumbuh banyak. Justru, Andreas melihat adanya kemungkinan produksi CPO turun mulai tahun ini.

“Ditambah harga minyak bumi yang terus meningkat, outlook harga CPO makin bullish,” terang Andreas. Sebagai bahan bakar biodiesel, CPO merupakan substitusi minyak mentah. Saat harga minyak dunia naik, harga CPO bisa ikut terkerek.

Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Juan Harahap juga memperkirakan produksi minyak sawit Indonesia hanya akan tumbuh satu digit, yakni 4,5% secara tahunan. Menurut dia, produktivitas yang rendah akan bertahan di sepanjang tahun ini.

Tetapi, produksi CPO Malaysia, kemungkinan akan tumbuh sebesar 5%, dengan perkiraan kekurangan tenaga kerja perkebunan di sana akan segera teratasi pada tahun ini.

Santosa juga melihat, produksi CPO di kuartal pertama ini masih akan rendah, kemungkinan berlanjut sampai kuartal II-2022.

Selain harga komoditas internasional, prospek emiten CPO Tanah Air juga dinilai akan dipengaruhi kebijakan domestic market obligation (DMO) sebesar 20% berdasarkan volume ekspor plus kebijakan domestic price obligation (DPO). Kebijakan ini menjadi katalis negatif karena dapat memangkas margin emiten sawit.

Meski begitu, Juan mempertahankan rating overweight di sektor perkebunan. Dia merekomendasikan beli AALI dengan target harga Rp 12.100, lebih rendah dari sebelumnya Rp 12.700. Rekomendasi beli juga diberikan untuk saham LSIP dengan target harga Rp 1.900.

Sementara Andreas merekomendasikan saham AALI dengan target harga Rp 19.000, LSIP dengan target harga Rp 2.000, SSMS dengan target harga Rp 2.000, dan DSNG dengan target harga Rp 1.000. Ini merupakan target harga untuk tahun 2022.

Sumber : Harian Kontan Selasa 15 Februari 2022 hal 3

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only