JAKARTA. Para pebisnis ritel siap mengalap berkah dari momentum Ramadan dan Lebaran, mulai bulan depan. Namun pengusaha perlu mencermati faktor yang bisa menahan laju bisnis, yakni efek kenaikan harga barang dan komoditas, serta implementasi kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 11% mulai awal April 2022.
Padahal, Ketua umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Roy Nicholas Mandey memprediksikan, Ramadan tahun ini geliat sektor ritel bisa kian meningkat.
Proyeksi Aprindo, tingkat kunjungan ritel pada Ramadan naik 15%-20% dibandingkan hari biasa. Tahun ini, Aprindo berharap sektor ritel mencatatkan pertumbuhan lebih baik dari tahun lalu.
Kebutuhan yang paling banyak dicari masyarakat setiap Ramadan adalah pangan yang mendominasi 55% total kebutuhan produk di bulan puasa. Sisanya, kata Roy, adalah kebutuhan non pangan seperti sandang atau bahan pakaian dan alat-alat elektronik.
Ketua Umum Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo), Budiharjo Iduansjah mengatakan, Lebaran adalah momentum terbesar di Indonesia untuk penjualan ritel, terutama makanan dan fesyen. “Kami optimistis penjualan akan naik dua kali lipat dibandingkan bulan-bulan biasa,” kata dia.
Ekonom Indef Nailul Huda menilai, siklus harga barang akan naik menjelang puasa sampai lebaran. Apalagi, ditambah penerapan tarif baru PPN pada April 2022. “Maka dari itu, saya merasa inflasi saat ini akan menekan daya beli masyarakat dari sisi biaya produksi yang terus naik. Dari sisi kenaikan permintaan yang membuat harga naik, juga akan menekan kemampuan pembelian,” ujar Huda.
Kendati begitu, dia melihat industri ritel tetap tumbuh. Setiap tahun pasti ada pertumbuhan industri ritel meski kerap kenaikannya lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Huda berharap, bisnis ritel juga ditopang konsumsi melalui ekonomi digital.
Direktur Celios, Bhima Yudhistira menilai, penyesuaian tarif PPN 11% akan mendorong inflasi pada April 2022. Faktor lainnya adalah kenaikan harga BBM dan Elpiji nonsubsidi. “Juga ada risiko kenaikan suku bunga acuan lebih cepat, yang berdampak ke biaya produksi di level produsen dan bisa diteruskan ke konsumen,” ujar Bhima.
Sumber : Harian Kontan Senin 07 Maret 2022 hal 1
Leave a Reply