Inflasi April Potensi Melonjak Tinggi

JAKARTA. Bulan April 2022 mendatang diprediksi menjadi puncak kenaikan harga sepanjang tahun. Setidaknya ada tiga risiko bakal memicu tekanan harga pada April 2022 mendatang.

Pertama, tekanan harga energi dan pangan di pasar global akibat perang Rusia Ukraina. Konflik ini membuat harga minyak mentah global terus naik, juga berpotensi menaikkan harga komoditas lainnya, seperti minyak sawit mentah (CPO) dan batubara.

Setelah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) non subsidi dan elpiji, bukan tidak mungkin pemerintah juga bakal menaikkan tarif listrik.

Kedua, kenaikan tarik pertambahan nilai (PPN) menjadi 11% mulai 1 April 2022 sesuai amanat Undang-Undang tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan. Walaupun pemerintah memberikan fasilitas pembebasan PPN terhadap sejumlah barang dan jasa.

Barang yang tidak kena PPN meliputi barang kebutuhan pokok, jasa pelayanan kesehatan medis, jasa pelayanan sosial, jasa keuangan, asuransi, pendidikan, jasa angkutan umum, dan jasa tenaga kerja.

Ketiga, potensi lonjakan permintaan jelang Ramadan sehingga harga untuk sejumlah bahan pangan naik lantaran tak diimbangi dengan ketersediaan pasokan di pasar.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira meramal, inflasi April 2022 bisa menembus 1,4% month on month (mom). Selain imbas kenaikan harga energi dan tarif PPN, Bhima khawatir bank sentral bakal melakukan penyesuaian suku bunga lebih cepat.

“Suku bunga acuan lebih cepat dinaikkan itu akan berdampak juga terhadap kenaikan biaya produksi di level produsen dan bisa diteruskan ke level konsumen,” kata Bhima kepada KONTAN.

Sementara Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy meramal, inflasi pada April 2022 ada dikisaran 0,6% hingga 0,8% mom. Namun Yusuf melihat tingginya inflasi April belum tentu menjadi puncak inflasi tahun ini sejalan dengan pemulihan ekonomi yang masih terus berjalan.

Bisa saja, bantuan bagi masyarakat kelas menengah ke bawah akan lebih banyak disalurkan pada semester II-2022. Hal ini juga akan mendorong daya beli masyarakat di paruh kedua nanti.

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman meramal, inflasi pada bulan April 2022 akan berada pada kisaran 0,5% mom atau secara tahunan sebesar 2,5% hingga 2,7% yoy. Namun, angka ini masih bisa bergerak mengikuti perkembangan harga komoditas.

Ia juga membuka peluang bahwa puncak inflasi terjadi di bulan-bulan mendatang. “Hal ini karena dampak musiman di paruh kedua 2022 sejalan dengan proses recovery serta kemungkinan adanya penyesuaian administered prices,” katanya.

Sumber : Harian Kontan Senin 07 Maret 2022 hal 2

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only