Melebihi Target, Realisasi Pajak Triwulan Pertama di Surabaya Rp 771 M

Kondisi Kota Pahlawan sudah membaik. Bukti itu terlihat dari realisasi pajak daerah pada triwulan pertama. Berdasar data Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Surabaya, setoran pajak mencapai Rp 771 miliar. Pemasukan tersebut melampaui target yang sudah ditetapkan.

Kepala Bapenda Surabaya Musdiq Ali Suhudi menyatakan, perolehan pajak pada triwulan pertama sangat memuaskan. Dari target Rp 715 miliar, pemkot mampu mendapatkan Rp 771 miliar. ”Di tengah bayang-bayang pandemi, tentu raihan ini sangat bagus,” katanya kemarin (4/4).

Pajak bumi dan bangunan (PBB) mendominasi pendapatan sektor pajak pada triwulan pertama. Persentasenya mencapai 32,5 persen dari total pemasukan. Nominalnya Rp 250,8 miliar. Setiap tahun perolehan PBB selalu menjadi yang tertinggi.

Ada beberapa faktor yang mendorong tingginya capaian PBB. Salah satunya, surat pemberitahuan pajak terutang (SPPT) bagi wajib pajak (WP) disampaikan pada awal tahun. Dengan surat itu, WP segera melunasi kewajibannya.

”Bagi SPPT yang jatuh temponya pada Mei dan Juni, mereka segera membayar pada bulan sebelum-sebelumnya,” papar mantan kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) Surabaya tersebut.

Bapenda Surabaya optimistis realisasi pajak jauh lebih tinggi pada triwulan kedua. Targetnya Rp 1,3 triliun. Musdiq menjelaskan, pada tiga bulan berikutnya, hotel dan restoran diyakini menyumbang pendapatan besar. Sebab, selama pandemi, dua usaha tersebut paling cepat pulih.

Untuk meningkatkan pemasukan pajak, bapenda memberikan insentif. Selama tiga bulan ke depan, program bebas denda diberlakukan bagi WP yang terlambat membayar pajak pada 1994–2022. Musdiq menyampaikan, diskon denda itu diberikan dalam rangka memperingati Hari Jadi Kota Surabaya (HJKS).

”Bagi yang punya tunggakan, silakan bayar pokoknya saja dulu, tidak usah takut bayar karena dendanya besar,” tuturnya.

Sejalan dengan itu, Kepala Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga, serta Pariwisata (DKKORP) Surabaya Wiwiek Widayati menegaskan bahwa tahun ini usaha pariwisata juga menuju titik kebangkitan. Meski, dari sisi penambahan usaha baru di sektor pariwisata atau kuliner tahun lalu turun.

Berdasar laporan Badan Pusat Statistik (BPS) Surabaya dalam Angka 2022, terjadi penurunan jumlah tanda daftar usaha pariwisata (TDUP) di Surabaya. Tahun lalu tercatat hanya ada 112 pengajuan. Lebih rendah jika dibandingkan pada 2020 yang mencapai 130 pengajuan.

Namun, tahun ini usaha pariwisata dan kuliner kembali menggeliat. Sinyal itu menandakan gairah ekonomi bangkit lagi. Dia yakin tahun ini usaha kuliner tumbuh pesat. Dukungan pemkot tidak berhenti mengalir untuk memulihkan ekonomi. Banyak event yang mulai kembali dihelat. ”Ini bagus dan berdampak pada kenaikan pendapatan asli daerah (PAD),” ujarnya.

Sumber : jawapos.com

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only