April, Inflasi Tertinggi Tiga Tahun Terakhir

JAKARTA. Inflasi pada bulan April 2022 diprediksi lebih tinggi dibandingkan dengan bulan – bulan sebelumnya. Jika inflasi Maret sebesar 0,66% secara bulanan, inflasi April diprediksi sekitar 0,80% – 1,08%. Adapun inflasi tahunan berkisar 3,34% – 3,77%.

Rima Prama Artha, kepala ekonom Danareksa Research Institute (DRI) menyebut, pemicu inflasi April 2022 karena ada faktor musiman, Puasa dan Lebaran. Namun, ada juga pemicu inflasi yang lain, seperti kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 11% dan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Pertamax. �Hal ini yang memicu kenaikan inflasi April menjadi lebih tinggi,� tutur Rima, Kamis (5/5).

Tak heran jika Josua Pardede, ekonom Bank Permata menyebut, seluruh komponen inflasi pada bulan April 2022 bakal naik ?? Peningkatan inflasi bulan April lalu didorong oleh seluruh komponen inflasi baik inflasi inti, harga pangan bergejolak, dan harga yang diatur oleh pemerintah atau administered prices,� ujar Josua kepada KONTAN, Kamis (5/5).

Ia mengambil contoh lonjakan harga pangan. Beberapa komoditas pangan yang mendorong inflasi, sebutnya, antara lain komoditas daging ayam, daging sapi, telur ayam, minyak goreng, bawang putih, serta gula pasir. Meskipun demikian, ada juga komoditas pangan yang mengalami turun harga sepanjang April 2022 yang lalu seperti bawang merah, cabai merah, serta cabai rawit.

Melihat proyeksi tersebut, ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman menyebut, ini merupakan pertama kalinya inflasi tahun ke tahun di atas 3% sejak September 2019. Bahkan, ia memperkirakan inflasi pada April 2022 ini menjadi yang tertinggi dalam tiga tahun terakhir.

Ia pun memproyeksi inflasi sepanjang tahun ini bisa di kisaran 4,6%. Sedangkan Rima menghitung, inflasi sepanjang 2022 masih bisa di rentang 3,47%-3,82% dengan catatan belum memperhitungkan rencana kenaikan harga bahan bakar jenis Pertalite dan harga elpiji ukuran 3 kg yang selama ini disubsidi.

Risiko lain inflasi tahun ini berasal dari luar negeri yakni kebijakan penguncian wilayah di beberapa kota di China. Kondisi ini bisa memicu gangguan rantai pasok bahan baku yang dihasilkan oleh produsen di negeri Tembok Raksasa itu. Risiko lain berasal dari perang Rusia dan Ukraina yang tidak berkesudahan yang berpotensi membuat harga energi dan harga pangan akan bertahan tinggi.

Sumber : Harian Kontan Senin 09 Mei 2022 hal 2

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only