Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melaporkan defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) mencapai Rp 77,3 triliun atau 0,34% dari produk domestik bruto (PDB) selama semester I 2024. Angka ini tidak terlepas dari kondisi belanja negara yang tumbuh 11,3%, tetapi penerimaan negara terkontraksi 6,2%.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan realisasi defisit sebesar Rp 77,3 triliun masih berada dalam kisaran target pemerintah. Pasalnya dalam APBN 2024 pemerintah menargetkan defisit hingga akhir 2024 mencapai Rp 522,8 triliun.
“Apabila kita lihat postur keseluruhan APBN 2024 dengan desain APBN 2024 adalah defisit Rp 522,8 triliun maka realisasi defisit Rp 77,3 triliun masih di dalam range APBN. Defisit sebesar Rp 77,3 triliun adalah 0,34% dari PDB sedangkan desain APBN 2024 adalah defisit 2,29% dari PDB,” ucap Sri Mulyani dalam rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR di Gedung DPR pada Senin (8/7/2024).
Untuk keseimbangan primer selama semester I-2024 mencapai Rp 162,7 triliun. Bila dibandingkan dengan posisi semester I 2023 maka terjadi penurunan hingga 55,8% sebab saat itu terjadi surplus keseimbangan primer sebesar Rp 368,2 triliun.
Realisasi pendapatan negara mencapai Rp 1.320,7 triliun pada semester I 2024 atau 47,1% dari target 2024 yang sebesar Rp 2.802,3 triliun. Jika dibandingkan dengan periode semester I 2023 terjadi kontraksi 6,2%. Realisasi pendapatan negara terbagi dalam penerimaan perpajakan sebesar Rp 1.028 triliun dan penerimaan negara bukan pajak sebesar Rp 288,4 triliun.
Jika diperinci, penerimaan perpajakan terbagi dalam penerimaan pajak serta penerimaan kepabeanan dan cukai. Realisasi penerimaan pajak sebesar Rp 893,8 triliun atau 44,9% dari target penerimaan pajak 2024 yang mencapai Rp 1.989 ,9 triliun.
Terjadi penurunan dari penerimaan pajak semester I 2023 sebesar 7,9% yang saat itu mencapai Rp 970,2 triliun. Sedangkan realisasi kepabeanan dan cukai sebesar Rp 134,2 triliun, atau 41,8% dari target Rp 321 triliun.
“Kepabeanan dan cukai mengalami kontraksi meskipun tipis sebesar 0,9% dibandingkan periode semester I 2023 yang sebesar Rp 135,4 triliun,” kata Sri Mulyani.
Selanjutnya realisasi PNBP semester I 2024 sebesar Rp 288,4 triliun atau cukup tinggi 58,6% dari target. Namun, jika dibandingkan tahun lalu terjadi kontraksi 4,5% dari periode semester I 2023 yang mencapai Rp 302,4 triliun.
“Jadi seluruh komponen penerimaan perpajakan dan PNBP mengalami kontraksi sehingga total pendapatan negara mencapai Rp 1.320,7 triliun atau terkontraksi 6,2% dari periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp 1.407,9 triliun,” kata Sri Mulyani.
Realisasi belanja semester I 2024 mencapai Rp 1.398,9 triliun atau 42% dari total anggaran belanja negara Rp 3.325,1 triliun, Jika dibandingkan secara tahunan terjadi pertumbuhan hingga 11,3%.
Pada saat semester I 2023 realisasi belanja negara sebesar Rp 1.255,7 triliun. Komponen belanja terbagi dalam belanja pemerintah pusat sebesar 997,9 triliun dan transfer ke daerah sebesar Rp 400,1 triliun
“Belanja pemerintah pusat menunjukan kenaikan yang cukup besar Rp 997,9 triliun atau 42% dari total alokasi belanja pemerintah pusat yang sudah dianggarkan di APBN. Angka ini Rp 997,9 triliun ini 11,9% lebih tinggi dari tahun lalu yang Rp 891,6 triliun,” tutur Sri Mulyani.
Jika diperinci, belanja pemerintah pusat terbagi dalam belanja kementerian/lembaga (K/L) dan non K/L. Realisasi belanja K/L mencapai Rp 487,4 triliun atau tumbuh 16,8% dibandingkan tahun lalu yang hanya Rp 417,2 triliun.
Sedangkan belanja non K/L mencapai Rp 510,6 triliun ini tumbuh 7,6% dibandingkan belanja non K/L yang pada tingkat Rp 474,4 triliun.
Sementara itu, realisasi transfer ke daerah sebesar transfer Rp 400,1 triliun dari alokasi Rp 857,6 triliun atau sudah 46,7% dari pagu.
“Transfer ke daerah mengalami kenaikan yang cukup tinggi yaitu 9,9%, dibandingkan tahun lalu transfer hingga semester I-2024 hanya Rp 364,1 triliun atau hanya 44,7%,” terang Sri Mulyani.
Sumber : Beritasatu.com
Leave a Reply