Ubah Fokus, Belanja Fiskal China Anjlok

Belanja fiskal China merosot pada bulan Oktober ke level terendah sejak tahun
2021: Di tengah tingginya risiko ekonomi global, Beijing terlihat mulai lebih memperhatikan kondisi utang ketimbang jor-joran mendorong pertumbuhan.

Bloomberg melaporkan, pengeluaran gabungan dalam dua anggaran utama China, yakni rekening publik umum dan buku dana yang dikelola pemerintah, anjlok 19% secara tahunan pada bulan lalu men-jadi 2,37 triliun yuan atau sekitar Rp 5,58 kuadriliun.

Selama sepuluh bulan pertama 2025, total belanja pemerintah mencapai 30,7 triliun yuan, dengan tingkat pertumbuhan yang melambat menjadi 5,2%. Sementara, pendapatan pemerintah naik tipis 0,2% menjadi 22,1 triliun yuan.

Ini menyebabkan defisit anggaran mencapai 8,6 triliun yuan, alias naik lebih dari 20% dibanding periode yang sama di 2024.

Di sisi lain, otoritas Tiongkok cenderung mengendalikan risiko utang karena target pertumbuhan ekonomi sekitar 5% pada tahun ini tampaknya bisa dicapai. Sehingga, Beijing diprediksi akan terus mengalokasikan lebih banyak sumber daya untuk menyelesaikan utang pemerintah daerah, ketimbang dorong investasi.

“Tahun ini, sebagian besar obligasi yang diterbitkan digunakan untuk penggantian utang, alih-alih untuk kegiatan ekonomi riil,” kata Raymond Yeung, Kepala Ekonom untuk Tiongkok Raya di Australia & New Zealand Banking Group.

Dukungan Memudar

Data dari Goldman Sachs Group Inc. juga menunjukkan metrik defisit fiskal menyempit di Oktober. Ini menunjukkan bahwa kebijakan anggaran Beijing telah berubah menjadi kurang mendukung pertumbuhan.

Penurunan ini mencerminkan evolusi kebijakan China dan menggarisbawahi memudarnya dukungan fiskal bagi negara dengan tingkat ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut.

Investasi, yang sebagian besar didorong oleh belanja anggaran, mencatat penurunan yang belum pernah terjadi sebélumnya akibat lesunya konsumsi dan melemahnya
permintaan asing. Belanja infrastruktur dalam anggaran publik umum misalnya, turun hampir 26% secara tahunan.

“Data tersebut menunjukkan perlambatan pertumbuhan belanja pemerintah yang signifikan telah měmbebani pertumbuhan investasi aset tetap secara signifikan,” tulis ekonom Goldman.

Sumber : Harian Kontan, Rabu, 19 November 2025, Hal 2.


Posted

in

,

by

Tags:

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only