COVID-19 Mengerikan untuk Ekonomi RI, Saham Ini Layak Pilih

Pandemi virus corona (COVID-19) kini tidak hanya mengguncang pasar keuangan Republik Indonesia (RI), tetapi dampaknya sudah mulai terlihat di sektor riil.

Sektor pariwisata RI menjadi yang paling pertama terpukul sejak awal penyebaran (outbreak) COVID-19 di bulan Januari di kota Wuhan, China.

Badan Pusat Statistik (BPS) Rabu kemarin melaporkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) tercatat 885.067 di bulan Februari. Anjlok 30,42% dibandingkan bulan sebelumnya dan 28,85% dibandingkan periode yang sama pada 2019.

“Biasanya Februari terjadi kenaikan dibandingkan Januari, tetapi Februari ini turun. Pada Maret, penurunan mungkin akan jauh lebih dalam,” kata Suhariyanto, Kepala BPS.

Maklum saja, ketika virus corona menyebar dengan cepat di China, pemerintah Tiongkok langsung mengambil kebijakan karantina wilayah (lockdown) kota Wuhan. Wisatawan asal China juga mulai dibatasi kunjungannnya guna menghindari penyebaran ke nagara-negara lain, meski pada akhirnya penyebaran tidak bisa dicegah, dan COVID-19 resmi menjadi pandemi.

“Ada penurunan curam sekali dari Wisman Tiongkok baik itu year-on-year atau month-to-month. Mengalami penurunan luar biasa dalam sebesar 94% secara year on year [Februari 2020 terhadap Februari 2019]. Jumlah wisman turun paling dalam dari Tiongkok turun 94,1% dan Hong Kong 93,16%,” jelas Suhariyanto, Rabu (1/4/2020).

COVID-19 juga sudah menggerogoti sektor manufaktur RI, yang aktivitasnya mengalami kontraksi di bulan Maret. Aktivitas industri dicerminkan oleh Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur, yang menggambarkan pembelian bahan baku/penolong dan barang modal yang akan digunakan untuk proses produksi pada masa mendatang.

PMI menggunakan angka 50 sebagai titik awal, di atas 50 berarti industri sedang ekspansif sementara di bawah 50 artinya kontraktif alias mengkerut.

IHS Markit melaporkan PMI Indonesia Maret 2020 adalah 45,3. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 51,9 sekaligus menjadi yang terendah sepanjang sejarah pencatatan PMI yang dimulai pada April 2011.

Itu artinya sektor manufaktur RI sudah mulai menurunkan hingga menghentikan produksinya.

Kondisi seperti ini masih akan berlangsung setidaknya dua bulan ke depan mengingat puncak pandemi COVID-19 di Indonesia diperkirakan pada April dan Mei.

Saat sektor manufaktur terpukul, perekonomian juga akan merosot mengingat sektor industri berkontribusi nyaris 20% dari struktur produk domestic bruto (PDB) Indonesia.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, kemarin mengatakan ada 2 skenario dampak COVID-19 ke perekonomian, yakni berat dan sangat berat. Dalam skenario berat, PDB diprediksi tumbuh 2,3%, sementara skenario sangat pertumbuhan ekonomi tahun ini bisa minus 0,4%.

“KSSK (Komite Stabilitas Sektor Keuangan) memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun ini turun jadi 2,3% dan lebih buruk bisa negatif 0,4%. Sehingga kondisi ini menyebabkan penurunan kegiatan ekonomi dan berpotensi menekan lembaga keuangan karena kredit tidak bisa dibayarkan dan perusahaan alami kesulitan dari revenue,” tutur Sri Mulyani yang juga Ketua KSSK, Rabu (1/3/2020).

Sumber : CNBC Indonesia


Posted

in

,

by

Tags:

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only