Penaikan BBM Bersubsidi untuk Pondasi Keuangan Negara di 2023

Jakarta. Berdasarkan catatan DBS Group Research, dengan neraca fiskal Januari hingga Juli 2022 surplus 0,57 persen dari PDB atau membaik bila dibandingkan dengan target yang dianggarkan setahun penuh, yaitu minus 4,85 persen.

Pendapatan total (21 persen secara tahunan) diuntungkan oleh pembukaan kembali ekonomi, pajak perusahaan (didorong oleh industri pengolahan), pemungutan nonpajak kuat, yang terdiri atas pendapatan berbasis sumber daya, dan penerapan Undang-Undang Pajak Harmonisasi (HPP), yaitu kenaikan PPN, pajak kripto, dan lain-lain.

Pengeluaran belanja menjadi lebih lambat karena keterlambatan belanja kementerian, sementara alokasi untuk subsidi dan program bantuan sosial meningkat untuk melindungi daya beli riil masyarakat.

Kondisi ini mendukung keyakinan pemerintah, defisit fiskal 2022 dapat membaik menjadi minus 3,9 persen dari PDB (Rp732,2 triliun) jika dibandingkan dengan indikasi sebelumnya, minus 4,5 persen, dan yang dianggarkan minus 4,85 persen. Perkiraan DBS Group Research untuk defisit fiskal pada 2022 direvisi menjadi minus 3,5 persen dari PDB.

Ekonom Senior DBS Radhika Rao mengatakan hal penting adalah kenaikan harga BBM bersubsidi lebih mendukung keuangan indonesia pada 2023 ketimbang 2022. Kemenkeu memperkirakan subsidi dan pengeluaran kompensasi pada 2023 sebesar Rp337 triliun, turun dari Rp502 triliun pada tahun ini.

“Pada saat sama, faktor positif yang membuat pendapatan industri pengolahan meningkat dan sumber daya alam mungkin menurun pada tahun depan,” jelas Rao dalam risetnya dikutip Selasa, 6 September 2022.

Mandat untuk menurunkan defisit fiskal 2023 kembali ke minus tiga persen dari PDB dan pemotongan subsidi energi menunjukkan penyesuaian harga bahan bakar dimasukkan ke dalam perhitungan tahun depan.

Pasca pengumuman, perhitungan DBS Group Research menunjukkan bahwa skala penyesuaian harga akan memberikan dampak tidak langsung terhadap inflasi setahun penuh, sebesar 100 bps, dengan dampak bersih tambahan sebesar 50-60 bps karena kenaikan harga bahan bakar merembes ke sub-segmen lain, termasuk makanan, biaya transportasi dan segmen terkait lain, selama 3-6 bulan ke depan.

Dengan memperhitungkan pemotongan subsidi, DBS Group Research memperkirakan inflasi utama pada akhir 2022 mengarah ke angka 6,5-7 persen secara tahunan dan menaikkan rata-rata setahun penuh ke lima persen.

DBS Group Research juga menaikkan inflasi rata-rata 2023 menjadi 3,8 persen atau naik dari asumsi sebelumnya sebesar 2,7 persen karena indikasi kenaikan inflasi pada paruh pertama 2023.

Sumber : medcom.id


Posted

in

by

Tags:

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only