Terjerat Utang China, Sri Lanka Alami Krisis Ekonomi Pertama Sejak 1948

Sri Lanka dilanda krisis ekonomi pertama sejak kemerdekaan pada tahun 1948. Cadangan mata uang asing yang menipis dan membuat Sri Lanka tidak dapat melakukan impor. Padahal, Sri Lanka sepenuhnya bergantung pada impor, terutama memenuhi kebutuhan bahan bakar.

Pada bulan April, pengunjuk rasa mulai mendirikan tenda di Kolombo tengah untuk melakukan protes anti-pemerintah. Protes berhasil dan memaksa Presiden Gotabaya Rajapaksa untuk mengundurkan diri pada bulan Juli, ini juga merupakan peristiwa yang tidak pernah terbayangkan.

Pasalnya, selain telah memenangkan pemilihan presiden pada November 2019 dengan rekor perolehan suara terbanyak. Perdana menteri yang menjabat adalah saudaranya, Mahinda Rajapaksa yang dianggap oleh banyak orang sebagai pahlawan karena telah mengakhiri perang saudara yang telah terjadi selama lebih dari 30 tahun dan berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi Sri Lanka.

Selain ekspor komoditas, sumber utama devisa Sri Lanka adalah pariwisata dan pengiriman uang dari pekerja Sri Lanka di luar negeri. Namun, pendapatan pariwisata turun tajam karena pandemi Covid-19. Invasi Rusia ke Ukraina juga berdampak, karena Rusia dan Ukraina menjadi wisatawan dengan persentase besar yang datang ke Sri Lanka.

Ditambah, pengiriman uang dari warga Sri Lanka yang bekerja di luar negeri juga menurun, semakin memperparah keadaan ekonomi di negara ini.

Melansir laman berita Jepang, Nippon, pada tahun 2017, Sri Lanka tidak lagi mampu membayar biaya konstruksi pelabuhan Hambantota dan terpaksa menyerahkan sewa pengoperasian pelabuhan tersebut kepada perusahaan China selama 99 tahun. Kejadian itu telah membuat sumber pendapatan Sri Lanka makin terbatas.

Kemudian awal krisis, pemerintah berhasil mempertahankan nilai rupee Sri Lanka meskipun cadangan devisa menurun dengan cepat. Tetapi bulan Maret, nilai tukar terhadap dolar dengan cepat turun menjadi 255 rupee dan terus jatuh hingga lebih dari 350 rupee pada bulan Juni. Krisis saat ini makin diperparah dengan membengkaknya utang ke China.

Sumber : merdeka.com


Posted

in

by

Tags:

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only