Hati-Hati Pajak Bisa Kembali Shortfall

Penerimaan pajak tahun ini diramal akan kembali mencapai target yang ditetapkan pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023. Sayangnya, setoran pajak semakin melambat, terutama karena pelemahan harga komoditas. Ditambah pemulihan ekonomi dalam negeri belum sekuat perkiraan.

Pemerintah memperkirakan setoran pajak pada semester I-2023 hanya akan mencapai Rp 848 triliun, atau tumbuh 1,7% secara year on year (yoy). Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan realisasi semester I-2023 yang terkumpul Rp 970,2 triliun, dengan pertumbuhan 9,99% yoy.

Sehingga outlook penerimaan pajak di akhir 2023 senilai Rp 1.818,2 triliun setara 105,8% dari target APBN 2023. Namun pertumbuhannya tipis, hanya 5,9% yoy. “Di satu sisi kombinasi antar kewaspadaan bahwa trennya mulai berbalik, namun kita masih mempertahankan penerimaan sehingga bisa mencapai di atas target sebesar 105.8%.” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam Rapat bersama Badan Anggaran DPR RI, Senin (10/7).

Direktur Eksekutif Pratama-Kreston Tax Research Institute (TRI) Prianto Budi Saptono mengatakan, ada potensi penerimaari pajak kem bali mencatatkan shortfall ke depan karena volatilitas kondisi perekonomian. “Akan tetapi, saya melihat pemerintah terus berusaha agar basis pajak pertambahan nilai dalam negeri (PPN DN) tetap terjaga dengan campur tangan peme rintah terhadap stabilitas konsumsi dalam negeri,” kata Prianto kepada KONTAN. Dengan demikian basis PPh yang berasal dari laporan laba rugi, juga tetap baik.

Penerimaan pajak berpotensi melambat karena koreksi harga komoditas

Asal tahu saja, penerimaan pajak kali pertama melampaui target pada 2021, yakni 103%, setelah mencetak shortfall selama 12 tahun. Penerimaan pajak kembali melampaui target, yakni 115% pada 2022.

Pengamat Pajak Center of Indonesia Taxation Analysis (CITA) Fajry Akbar melihat, tahun 2023 akan menjadi tantangan bagi pemerintah dalam mengumpulkan penerimaan pajak. Sebab, basis penerimaan pajak 2022 yang tinggi dan adanya koreksi harga komoditas pada tahun ini. “Ada tantangan dari global, kita lihat ada ekonomi China yang mengalami perlambatan. China merupakan partner dagang Indonesia paling besar,” terang Fajry.

Dus, upaya ekstra bisa menjadi opsi terakhir dalam menggali potensi penerimaan pajak. Mulai dari optimalisasi pengawasan, data dari pihak ketiga, juga data terakhir Automatic Exchange of Information (AEoI).

Sumber : Harian Kontan Rabu 12 Juli 2023 hal 2


Posted

in

,

by

Tags:

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only