China Masih Buka Hati

Namun, Trump kembali mengancam mengenakan tarif impor barang China yang tersisa

WASHINTON. Perundingan dagangyang memakan waktu berbulan-bulan antara Amerika Serikat (AS) dan China terbentur sejumlah masalah prinsip. Meski begitu, Wakil Perdana Menteri China Liu He mengatakan, China dan AS sepakat untuk melakukan perundingan dagang lebih banyak ke depannya di Beijing.

Mengutip Reuters, Liu menyuarakan optimisme terukur untuk mencapai kesepakatan. Tetapi ia mengakui ada masalah prinsip yang membuat China tidak akan mundur. “Saya pikir kemunduran kecil adalah normal dan tak terhindarkan selama negosiasi kedua negara. Ke depan kami masih optimis,” imbuh Liu.

Namun optimisme Liu ini dilemahkan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin yang mengatakan sampai saat ini tidak ada rencana pembicaraan lebih lanjut dengan China.

Saat yang bersamaan, Presiden AS Donald Trump justru memerintahkan menteri perdagangannya untuk memulai proses pengenaan tarif terhadap semua impor yang tersisa dari China. Rencananya, Trump akan mengenakan kenaikan tarif impor untuk barang dari China sisanya senilai US$ 300 miliar.

Perwakilan dagang AS Robert Lighthizer dalam sebuah pernyataan pada Jumat mengatakan, pemberlakuan pajak yang baru tersebut belum diputuskan.

Trump lewat cuitannya di Twitter Sabtu (11/5) mengatakan, China merasa terpukul sangat telak dalam negosiasi baru-baru ini sehingga mereka mungkin akan menunggu pemilihan presiden AS tahun 2020. Kata Trump, satu-satunya masalah adalah bahwa mereka tahu ia akan menan (dalam Pemilu 2020) dan kesepakatan atau menjadi jauh lebih buruk bagi China jika harus dinegosiasikan dalam masa jabatan kedua saya. “Tetapi senang mengenakan tarif besar!” ujar Trump dalam cuitannya.

Seperti diketahui, AS menaikkan pajak barang-barang China menjadi 25% senilai US$ 200 miliar di tengah-tengah perundingan dagang untuk menyelamatkan kesepakatan perdagangan pada akhir pekan lalu.

Trump mengeluarkan perintah kenaikan tarif impor dengan mengatakan China telah melanggar kesepakatan dengan mengingkari komitmen yang telah dibuat dalam negosiasi kedua negara tersebut selama berbulan-bulan.

Tentu saja, China sangat menentang kebijakan tarif baru AS tersebut. “Saat ini kedua belah pihak telah sepakat dalam banyak hal tetapi juga ada perbedaan. Kami benar-benar tidak dapat membuat konsensi pada masalah prinsip semacam itu,” Tandas Liu.

Surat kabar milik Pemerintah China Global Times menulis, Washington (Pemerintah AS) tengah mencoba mengemukakan hal yang merusak kedaulatan dan martabat China. Alhasil, permintaan itu membuat negosiasi menjadi lebih sulit.

Sumber : Kontan, Senin 13 Mei 2019

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only