Bank Dunia: Ekonomi Global Diprediksi Tumbuh 2,5% 2020

Jakarta, Bank Dunia memberi catatan bahwa pemulihan ekonomi di beberapa negara akan mendorong pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini. Hanya saja masih ada hambatan yang dapat menggagalkan peluang pertumbuhan ekonomi global tersebut.

Bank Dunia menyebutkan hambatan itu datang dari ketegangan perdagangan yang mereda dengan adanya perjanjian awal antara Amerika Serikat (AS) dan China. Kemajuan damai dagang ini akan cepat menyebar di luar dua negara dengan kekuatan ekonomi terbesar ini.

Dalam laporan Prospek Ekonomi Global terbaru yang dirilis Bank Dunia, lembaga ini memperkirakan pertumbuhan ekonomi global 2019 berada di 2,4% dan 2020 pada 2,5% seiring dengan pemulihan secara gradual dari perdagangan dan investasi.

Pertumbuhan perdagangan global diperkirakan akan meningkat pada tahun 2020 menjadi 1,9% dari 1,4% pada tahun 2019.

Sebagian besar negara ekonomi utama di dunia juga siap untuk mengalami pertumbuhan ekonomi yang melambat pada 2020, sebagaimana terungkap dalam laporan itu dikutip AFP.

Menurut Bank Dunia, pulihnya ekonomi global yang melambat sebetulnya juga bergantung pada beberapa pasar negara berkembang yang diprediksi meningkat usai melewati tahun 2019. Dalam hal ini, Bank Dunia mencontohkan Argentina yang mengalami tingkat kontraksi ekonomi yang sudah mulai melambat.

Di sisi lain, AS dan China keduanya menyumbang hampir 40% dari PDB global dan hampir seperempat dari perdagangan global. Tetapi dengan peningkatan dalam perselisihan perdagangan mereka, pertumbuhan kedua negara ini akan kurang menarik.

Menurut Bank Dunia, ekonomi AS diproyeksikan tumbuh hanya 1,8% setelah sebelumnya pada 2019 tumbuh 2,3%.PDB China akan naik kurang dari 6% untuk pertama kalinya sejak 1990, dengan harapan pertumbuhan ekonomi Negeri Tiongkok sebesar 5,9%.

Selain itu, kawasan Euro, yang dilanda perlambatan ekonomi pada utamanya di Jerman dan ancaman Brexit membuat kawasan tersebut “memburuk secara signifikan,” dengan beberapa negara berada “di ambang resesi di beberapa titik sejak tahun lalu.”

Jepang juga “menderita pelemahan akut di bidang manufaktur dan ekspor”, juga ekonomi akan terus melambat dengan pertumbuhan yang diperkirakan hanya 0,7%.

Namun, pasar dan ekonomi negara berkembang (EMDEs) menjadi pendorong bagi ekonomi global melalui masa-masa lesu.

“Sebagian besar didasarkan pada rebound dalam kelompok kecil EMDEs besar, yang sebagian besar muncul dari resesi yang dalam atau perlambatan tajam,” kata laporan itu.

“Memang, sekitar 90% kenaikan dalam pertumbuhan EMDE pada 2020 hanya diperhitungkan oleh delapan negara, yaitu Argentina, Brasil, India, Iran, Meksiko, Rusia, Arab Saudi, dan Turki.”

Selanjutnya laporan tersebut menambahkan bahwa selain delapan negara tersebut, pertumbuhan agregat EMDE hampir tidak akan mengalami percepatan.

Argentina, yang mengalami kontraksi 3,1% pada 2019, diproyeksikan melambat 1,9% tahun ini. Sementara Brazil dan Meksiko masing-masing akan meningkat 2,0% dan 1,2%, jauh lebih cepat daripada tahun lalu.

India juga diperkirakan akan mendapatkan daya tarik, dengan pertumbuhan 5,8%, sementara ekspansi Turki 3,0% akan terjadi setelah tidak ada pertumbuhan pada 2019, kata laporan itu.

Timur Tengah diperkirakan akan melihat pertumbuhan melonjak menjadi 2,4% tahun ini setelah hampir tidak ada pertumbuhan pada 2019.Adapun nantinya yang akan menjadi kekhawatiran utama adalah potensi kemunculan ketegangan baru perdagangan antara AS dan China.

“Gangguan baru pada hubungan ekonomi AS-Cina dapat mengakibatkan kerusakan, tidak hanya pada kedua ekonomi ini tetapi juga bagi seluruh dunia,” laporan itu.

Selain itu, “tingkat utang yang tinggi dan posisi keuangan publik yang rapuh” membuat banyak negara rentan terhadap guncangan atau kenaikan suku bunga secara tiba-tiba.

Sumber: cnbcindonesia.com

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only