Harga minyak bergejolak, outlook asumsi makro bakal dikaji lebih dalam

JAKARTA. Sepanjang bulan ini harga minyak global bergejolak. Bahkan minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) sempat menyentuh level negatif. Oleh karenanya pemerintah lewat Kementerian Keuangan (Kemenkeu) bakal merombak asumsi makro.

Berdasarkan data Bloomberg, Senin (27/4) pukul 22.11 WIB, minyak WTI pengiriman Juni ke US$ 12,65 per barel atau turun 25,32%. Tersengat kekhawatiran akan dampak dari pandemi corona (covid-19).

Direktur Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan Kekayaan Negara yang Disahkan (KND) Kemenkeu Kurnia Chairi memang harga minyak saat ini di luar prediksi. Makanya, Kemenkeu akan memperbarui outlook asumsi makro dengan melibatkan stakeholder terkait, seperti Bnk Indonesia (BI), KESDM, SKK, dan internal Kemenkeu.

Sehingga, outlook asumsi harga minyak Indonesia (ICP), lifting migas, dan kurs rupiah ke depan akan akan diperbarui. Revisi tersebut sebagaimana pemantauan Kemenkeu dalam dua sampai tiga bulan.

Memang asumsi harga ICP sudah meleset jauh dari prediksi pemerintah di tahun ini yakni US$ 63 per barel. Begitu pula lifting minyak, diprediksi Kurnia kemungkina koreksi 3%-5% dari pencapaian tahun lalu sebanyak 755 ribu barel per hari (bph).

“Kami terus monitor dan akan menghitung dampaknya ke PNBP. Asumsi ICP perubahan APBN 2020 yang di bawah US$ 40 per barel adalah rata-rata satu tahun, jadi masih volatil dan mungkin bisa naik kembali,” ujar Kurnia kepada Kontan.co.id.

Setali tiga uang volatilitas harga minyak global saat ini juga membuat PNBP migas bakal susah. Hanya saja, Kurnia menerangkan realisasi PNBP migas bulan April 2020 diperkirakan masih dipengaruhi real ICP Maret.

Kendati demikian, sepanjang bulan lalu harga WTI sudah merosot sebanyak 66,6% secara tahunan di mana akhir Maret ditutup seharga US$ 20,48 per barel.

Sumber : KONTAN.CO.ID

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only