Jakarta – Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu, Luky Alfirman mengakui defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau APBN pada akhir 2020 akan sangat besar, yaitu 6,34 persen dari Produk Domestik Bruto atau Rp 1.039,2 triliun. Defisit tersebut diperlukan untuk memulihkan kembali perekonomian nasional di tengah pandemi Covid-19, melalui berbagai stimulus dari pemerintah.
Namun, ia mengatakan langkah pemerintah tersebut sebenarnya bukan hal luar biasa lantaran banyak negara lain yang mengambil langkah lebih progresif dari Indonesia. “Dalam kondisi pandemi hampir semua negara memberikan stimulus fiskal yang luar biasa besar. Australia misalnya 10 persen dari PDB untuk pelebaran defisit, Amerika Serikat itu 13-14 persen dari PDB. jadi dari segi jumlah luar biasa besar,” ujar Luky dalam konferensi video, Jumat, 28 Agustus 2020.
Luky memastikan pemerintah akan berupaya lebih besar dan lebih dalam untuk menangani permasalahan akibat pandemi ini. Salah satu upaya pemerintah adalah dengan meluncurkan Program Pemulihan Ekonomi Nasional yang berfokus membantu sektor kesehatan, memberi perlindungan sosial, membantu sektor UMKM, membantu Pemda, membantu pembiayaan korporasi, dan insentif usaha.
Dengan berkurangnya aktivitas ekonomi masyarakat, diperkirakan kemampuan pemerintah dalam mengumpulkan pajak pun bisa terdampak, sehingga akan mempengaruhi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau APBN.
“Di sisi lain pemerintah harus hadir memastikan ekonomi masyarakat dan negara tetap sehat,” ujar Luky. Saat ini, sedikitnya ada tiga fokus pemerintah dalam mengatasi dampak pagebluk, antara lain menjaga kesehatan, menjaga daya beli masyarakat, dan memastikan dunia usaha begerak. “Kami tidak mau ada kebangkrutan dan PHK.”
Dengan kebutuhan defisit yang cukup besar, Luky mengatakan pemerintah mencari cara untuk mendapatkan sumber pembiayaan anggaran. Misalnya dengan bekerjasama dengan mitra bilateral dan multilateral guna mendapat pinjaman, juga menerbitkan obligasi negara atau Surat Berharga Negara.
“Jadi di tengah pendapatan yang tertekan, namun belanja dibutuhkan cukup besar, diperlukan dana yang cukup besar untuk menjaga masyarakat dan ekonomi tetap sehat,” ujar Luky.
Sumber: Tempo.co
Leave a Reply