Wacana Pajak 0% Mobil Baru, Bisnis Ini Bisa Hancur?

Wacana pajak 0% untuk pembelian mobil baru memicu aksi konsumen menahan pembelian. Mereka berharap pajak 0% bisa terealisasi, tapi dampaknya justru berpengaruh pada penjualan mobil yang ikut tertahan.

General Manager PT Isuzu Astra Motor Indonesia Attias Asril menilai wacana relaksasi pajak 0% untuk mobil baru berdampak pada keputusan calon konsumen untuk membeli kendaraan. Konsumen lebih memilih menunggu keputusan resmi dari pemerintah karena ada peluang harga kendaraan bisa menurun drastis bila pajak sampai turun 0%.

“Hari ini sedikit banyak ada dampak yang orang menunggu, apakah ini kebijakan jalan atau tidak, jadi membuat agak tertahan,” kata Attias dalam workshop wartawan Industri Astra, Kamis (1/10).

Jika ini terus dibiarkan, yakni Pemerintah tidak juga memberikan keputusan resmi terkait relaksasi pajak mobil, maka yang terjadi di lapangan seperti kontraproduktif. Keputusan konsumen yang menahan pembelian justru berpotensi membuat tren penjual menjadi turun. Padahal, rencana relaksasi tersebut ditujukan agar geliat industri otomotif dalam hal penjualan bisa meningkat.

Sekretaris Jenderal Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Sekjen Gaikindo) Kukuh Kumara menyebut pemerintah perlu memberikan keterangan resmi terkait relaksasi pajak mobil sebesar 0%. Pasalnya, banyak masyarakat yang saat ini menahan rencana membeli mobil baru karena berharap adanya ‘diskon besar’ dari relaksasi pajak tersebut.

“Dampaknya agak negatif kalau terlalu lama. Soalnya masyarakat, calon pembeli menunggu. Dari diler saya barusan dapat masukan, diler sepi ngga ada pengunjung,” kata Kukuh kepada CNBC Indonesia, Selasa (29/9).

Kondisi tersebut bakal berlarut-larut terjadi jika pemerintah tidak juga memberikan pernyataan resmi mengenai relaksasi pajak yang diberikan. Ketika masyarakat menahan pembelian, maka dampaknya juga bakal berdampak pada penurunan tren penjualan yang bulan Agustus lalu tercatat sebanyak 37 ribuan unit.

“Bukan tidak mungkin turun lagi. Kalau nggak segera diputuskan, kita tinggal Oktober, November, Desember, bakal turun lagi kan karena orang maunya beli mobil yang tahunnya lebih baru. Ini berat buat kita, terus terang aja. Jadi segera diputuskan berapapun juga supaya langsung bisa dihitung. Kalau gini ngga tau karena orang berandai-andai semua. Karena wah 40% bisa turun Rp. 100 juta,” sebutnya.

Bukan hanya berdampak pada sektor mobil baru, wacana ini juga berdampak pada penjualan mobil bekas yang kian terancam karena konsumen enggan membeli mobil bekas.

CEOOLX Autos Indonesia Johnny Widodo mengakui potensi ancaman tersebut bisa terus terjadi. Bahkan dari survey yang dilakukan, masyarakat lebih memilih untuk menunggu diberikannya relaksasi pajak demi membeli mobil baru dibanding membeli mobil bekas yang jelas-jelas sudah tersedia saat ini.

“Saya kira pengaruh pasti ada. Kita ada survei, beberapa orang yang mau beli mobil dari tiga bulan lalu sampai sekarang (belum beli), mereka melihat bahwa budgetnya kurang. Kalau tadinya mau beli harga sekian, sekarang lebih dari 40% (lebih murah) yang kita survey income menurun dalam beberapa bulan terakhir. Jadi orang tadinya mungkin dananya cukup beli mobil bekas sekarang melirik mobil baru,” kata Johnny kepada CNBC Indonesia, Rabu (30/9).

Sumber: CNBCIndonesia.com

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only