JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Selasa (3/11/20) dibuka langsung bertengger di zona hijau naik 0,37% di level 5.133,98.
Selang 15 menit IHSG semakin hijau 0,54% di level 5.143,07 setelah rilis data PMI Manufaktur di berbagai negara menunjukkan pemulihan jelang pemilu presiden Amerika Serikat (AS) dalam kurang dari 24 jam.
Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi jual bersih sebanyak Rp 100 miliar di pasar reguler hari ini dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 1 triliun.
Saham yang paling banyak dilego asing hari ini adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan jual bersih sebesar Rp 32 miliar dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) yang mencatatkan net sell sebesar Rp 29 miliar.
Sementara itu saham yang paling banyak dikoleksi asing hari ini adalah PT Astra Internasional Tbk (ASII) dengan beli bersih sebesar Rp 6 miliar dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan net buy sebesar Rp 16 miliar.
Bursa saham AS (Wall Street) menguat tajam pada perdagangan Senin waktu setempat, setelah data menunjukkan sektor manufaktur negeri Paman Sam naik ke level tertinggi dalam 2 tahun terakhir.
Indeks Dow Jones menguat 1,6% ke 26,925,05, S&P 500 1,23% ke 3,310,24, dan Nasdaq 0,42% ke 10.957,61.
Institute for Supply Management (ISM) melaporkan PMI manufaktur di bulan Oktober melesat menjadi 59,3 dari 55,4 di bulan sebelumnya. PMI di bulan Oktober tersebut merupakan yang tertinggi sejak September 2018.
Rilis tersebut menunjukkan jika momentum pemulihan ekonomi di AS masih terakselerasi di kuartal IV-2020.
Pada Kamis pekan lalu, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pertumbuhan ekonomi yang dilihat dari produk domestik bruto (PDB) tumbuh 33,1% secara kuartalan yang disetahunkan (quarterly annualized).
PDB di kuartal III-2020 tersebut lebih tinggi dari prediksi Reuters sebesar 31,9% maupun Dow Jones sebesar 32%, dan membalikkan kontraksi (tumbuh negatif) 31,4% di kuartal II-2020 lalu.
Markit melaporkan PMI manufaktur zona euro naik menjadi 54,8, di bulan Oktober, dari bulan sebelumnya 53,7. PMI di bulan Oktober tersebut merupakan yang tertinggi sejak Juli 2018 lalu.
Jerman, motor penggerak ekonomi Eropa mencatat kenaikan PMI manufaktur menjadi 58,2 dari sebelumnya 56,4.
Sementara Inggris, PMI manufakturnya mengalami penurunan menjadi 53,7 dari sebelumnya 54,1, tetapi masih menunjukkan ekspansi.
Data PMI global tersebut menunjukkan pemulihan momentum pemulihan ekonomi masih berlanjut di kuartal IV-2020. Tetapi ada sedikit yang mengganjal, yakni kebijakan lockdownyang baru diterapkan di negara-negara Eropa, sehingga menimbulkan pertanyaan apakah sektor manufaktur masih akan mempertahankan ekspansi di bulan ini.
Pilpres AS akan menjadi fokus utama di pekan ini, mengingat dampak besar yang akan ditimbulkan, baik dari segi ekonomi hingga politik dunia. Oleh sebab itu, ada kecenderungan pelaku pasar akanwait and seesebelum mengalirkan investasinya dalam jumlah besar, termasuk juga di negara emerging market, seperti Indonesia.
Pilpres kali ini mempertemukan petahana dari Partai Republik Donald Trump dengan lawannya dari Partai Demokrat Joseph ‘Joe’ Biden. Seandainya Trump kembali memenangi pemilu kali ini, tentunya tidak akan ada perubahan signifikan dari kebijakan yang diterapkan saat ini. Perang dagang dengan China misalnya, masih akan tetap berkobar. Kemudian, dari segi perpajakan tentunya tidak akan berubah, setelah dipangkas pada periode pemerintahannya saat ini.
Sementara jika lawannya, Joe Biden, yang memenangi pilpres, bisa dipastikan akan ada perubahan kebijakan. Perang dagang dengan China kemungkinan tidak akan berkobar, sementara pajak kemungkinan akan dinaikkan.
Sumber: CNBCIndonesia.com
Leave a Reply