Jakarta – Sistem layanan Customs-Excise Information System and Automation (CEISA) Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan bermasalah dalam beberapa waktu terakhir. Kalangan eksportir menyebut masalah sudah muncul sejak dua minggu lalu. Akibatnya, kerugian dari terhambatnya transaksi pun tidak terhindarkan.
“Kita belum hitung dari seluruh Indonesia tapi dari asumsi saya ada 15% (penurunan). Lumayan gede (nilainya) agregat ekspor kita sebulan, satu hari sudah berapa? Itu ekspor-impor, nggak cuma keluar, jadi keluar-masuk barang,” kata Ketua Umum Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI) Benny Soetrisno kepada CNBC Indonesia, Rabu (14/7/21).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik sepanjang tahun 2020, nilai ekspor Indonesia mencapai US$ 163,3 miliar atau Rp 2.363,35 triliun (kurs Rp 14.500/US$). Sementara impor mencapai US$ 141,6 miliar atau Rp 2.053,2 triliun. Benny belum menghitung secara detil jumlah kerugiannya, namun memberi gambaran.
“Data ekspor impor hitung saja dibagi 365, kan nggak ada liburnya. Sehari dapat berapa (transaksi menurun). Nilainya besar,” sebut Benny.
Jika masalah sudah ada selama dua minggu atau 14 hari terakhir dan setiap harinya ada penurunan transaksi hingga 15%, maka kerugian pada ekspor mencapai Rp. 13,59 triliun, sementara kerugian dari impor diperkirakan mencapai Rp 11,813 triliun.
Di sisi lain, Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan mengakui hingga saat ini sistem layanan CEISA belum bisa beroperasi. Direktur Kepabeanan Internasional dan Antar Lembaga Syarif Hidayat mengatakan saat ini proses perbaikan sistem masih berjalan dan belum diketahui kapan akan selesai.
“Saat ini Bea Cukai tengah bekerja keras menangani gangguan Sistem CEISA. Penanganan dilakukan terhadap pemulihan sistem dan juga penanganan di lapangan berupa penyediaan layanan secara manual bagi beberapa layanan yang masih terkendala secara sistem,” ujarnya kepada CNBC Indonesia, Rabu (14/7/2021).
Sumber : cnbcindonesia.com
Leave a Reply