Tahan Harga BBM & Listrik, Subsidi di Energi Rawan Jebol

JAKARTA. Bersiaplah! Ada potensi, pemerintah tak lagi menahan kenaikan harga bahan bakar (BBM). Anggaran subsidi energi, khususnya yang bahan baku minyak yakni BBM dan listrik melesat tajam, dan rawan jebol.

Kementerian Keuangan (Kemkeu) menyebut anggaran subsidi BBM dan listrik Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) terus membengkak. Subsidi energi yang sudah digelontorkan hingga akhir Februari 2022 mencapaiRp 21,7 triliun.

Perinciannya: sebanyak Rp 10,17 triliun untuk subsidi reguler dan sebesar Rp 11,48 triliun untuk bayar tunggakan tahun-tahun sebelumnya. Total realisasi subsidi itu melonjak lebih dari dua kali lipat ketimbang periode sama 2021 sebesar Rp 12,35 triliun (lihat tabel).

Kenaikan subsidi seiring dengan konsumsi BBM bersubsidi per akhir Februari 2022 mencapai 1,39 juta kilo liter (kl), elpiji tabung 3 kilo gram (kg) mencapai 632,7 juta kg. Sedang pelanggan listrik subsidi mencapai 38,2 juta. Semuanya naik dari tahun 2021.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut, kenaikan harga komoditas, baik minyak mentah dan batubara sudah langsung sejak tahun lalu. Pada saat yang sama, tak ada perubahan pada harga BBM dan tarif listrik. Bahkan, tahun lalu, banyak masyarakat yang menikmati diskon tarif listrik akibat pandemi Covid.

“Dampaknya, ada kenaikan kompensasi atau kurang bayar (pemerintah kepada PT Pertamina dan PT PLN),” kata Sri Mulyani, Senin (28/3).

Sisa utang kompensasi yang harus dibayar pemerintah ke PLN dan Pertamina akhir 2021 saja mencapai Rp 109 triliun. Untuk kompensasi harga jual eceran BBM sebesar Rp 84,4 triliun dan tarif listrik Rp 24,6 triliun.

Utang ini belum memperhitungkan tambahan untuk periode Januari-Maret 2022. Menkeu memperkirakan, besaran kompensasi yang harus dibayar tahun ini makin besar mengingat harga minyak dan batubara melambung tinggi.

Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati menyebut, konsumsi BBM solar bersubsidi berpotensi melonjak, melebihi kuota tahun ini segede 14,09 juta kl. Hingga akhir Februari, konsumsi BBM solar bersubsidi telah 10% di atas kuota bulanan yang ditetapkan.

“Kami prediksi naik ke 16 juta kl. Jadi sampai akhir tahun ada peningkatan 14%,” tandas Nicke saat Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VI DPR, (28/3). Kuat dugaan, industri tambang dan sawit ikut konsumsi solar subsidi.

Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy mengingatkan agar pemerintah tak memilih opsi kenaikan harga BBM dan tarif listrik dalam waktu dekat. Efek kenaikan harga energi akan mengerek inflasi yang sudah tinggi terutama saat Ramadan dan Idul Fitri, belum termasuk kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Ia melihat, pemerintah masih mampu menambah subsidi energi lantaran penerimaan negara juga positif.

Menurut Yusuf, pemerintah bisa menaikkan tarif listrik dan harga BBM, setelah Lebaran atau kuartal III-2022. Tapi kebijakan ini harus menghitung tekanan inflasi, karena harga pangan menjelang Idul Adha serta tekanan harga pangan global.

Sumber : Harian Kontan Selasa 29 Maret 2022 hal 1

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only