JAKARTA. Perhelatan initial public offering (IPO) diproyeksikan lebih semarak di tahun ini. Selain peluang cuan fantastis, investasi saham IPO juga berpotensi mendatangkan kerugian besar jika harga saham IPO jeblok. Oleh karena itu, investor harus selektif memilih saham IPO.
Kemarin (20/4), misalnya, PT Murni Sadar Tbk (MTMH) resmi masuk ke Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai emiten terbaru. Pada debut perdananya, harga MTMH melesat 25% dari harga IPO sebesar Rp 1.280 menjadi Rp 1.600 per saham. Sebelumnya, sejumlah saham IPO juga melesat tinggi dan langsung menyentuh batas autorejection atas (ARA).
Sebagai gambaran, periode Januari-April 2022, 17 korporasi sudah menuntaskan IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI), sementara IPO dua perusahaan masih berlangsung. Di antara IPO yang sudah tuntas, harga saham sejumlah emiten pendatang baru itu melesat ratusan persen.
Bahkan beberapa emiten mencetak kenaikan ribuan persen dari IPO hanya dalam waktu singkat. Sebut saja PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) yang melesat sekitar 2.690% dari harga IPO. Sementara PT DCI Indonesia Tbk (DCII) melejit 9.352,38% dari harga IPO yang digelar pada Januari 2021 (lihat tabel).
Secara umum, ada 160 emiten baru di BEI sepanjang periode 2019 hingga April 2022.Dari 160 saham tersebut, sebanyak 87 saham yang masih memberikan cuan sejak IPO. Sementara IPO selebihnya cenderung boncos.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus bilang, momentum menjadi kunci. Kala pandemi 2020-2021, sektor teknologi dan kesehatan menjadi primadona.
Ketika booming harga komoditas, IPO saham komoditas naik daun. “Tapi ketika fase itu usai, kondisi ini bisa beralih ke sektor lain karena dampak pemulihan ekonomi tidak mungkin langsung ke semua sektor,” terang Nico, Rabu (20/4).
Memilih saham IPO
Kini investor bisa mencermati 30 perusahaand i pipeline IPO di BEI hingga 11 April lalu. Equity Analyst Kanaka Hita Solvera Andhika Cipta Labora melihat sejumlah calon emiten yang menarik. Misalnya emiten sektor energi karena naiknya harga komoditas. “Dampaknya, pergerakan harga saham akan bergerak positif,” ujar Andhika.
Sektor properti dan real estat juga aduhai karena masih menikmati insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemeritah (PPN DTP) hingga September 2022 dan suku bunga rendah. Sektor transportasi dan logistik juga bisa dilirik seiring pelonggaran aktivitas dan mobilitas publik.
Investor, lanjut Andhika, harus memiliki filter dengan membaca dan memahami prospektus IPO. Semisal mencermati arah kebijakan penggunaan dana IPO.
Nico juga menekankan pentingnya melihat fundamental, valuasi serta prospek bisnis calon emiten. Selain itu, ekosistem bisnis juga mesti diperhatikan, terlebih jika menyangkut saham bank digital.
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, ada tiga faktor penting yang mesti ada di emiten. Yakni, kemampuan mencetak profitabilitas, prospek bisnis, dan faktor likuiditas perusahaan.
Analis Panin Sekuritas William Hartanto kerap melihat tren teknikal dikombinasikan dengan volume perdagangan untuk melihat respons pelaku pasar terhadap emiten baru. Laporan keuangan juga bisa menggambarkan konsistensi emiten mencetak pertumbuhan kinerja. Dia melihat saham CMRY, AVIA, dan WMUU menarik dicermati.
Sumber : Harian Kontan Kamis 21 April 2022 hal 1
Leave a Reply