JAKARTA. Lonjakan harga komoditas alias commodity boom diprediksi berakhir pada 2023. Kondisi ini dikhawatirkan mengancam pemulihan perekonomian, terutama penerimaan di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 Maklum Indonesia masih sangat bergantung pada komoditas.
Menteri Keuangan Sri Mul-yani Indrawati mengatakan, pemerintah tidak bisa lagi mengandalkan ekspor sebagai motor penerimaan negara. “Ekspor selama 2021-2022 mengalami booming dengan commodity boom akan menuju normalisasi,” kata Menkeu saat rapat kerja dengan Komisi XI DPR, (31/5) pekan lalu.
Walhasil, ekspor tak akan lagi menjadi motor pertumbuhan seiring perlambatan ekonomi dunia. Bahkan Menkeu memprediksi beberapa negara kembali ke jurang resesi sehingga permintaan terhadap komoditas ikut turun.
Sebab itu, pemerintah berupaya menjaga konsumsi rumah tangga dan juga investasi. Dua komponen ini diharapkan bisa mengompensasi penyusutan ekspor terhadap produk domestik bruto (PDB). “Konsumsi rumah tangga memegang porsi terbesar (PDB) yaitu 54,4% dan investasi 30,8%,” tambah Menkeu.
Dalam Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal (KEM PPKF) 2023, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi 5,3% hingga 5,9%, lebih tinggi dari outlook tahun ini yang sebesar 4,8% hingga 5,5%. Dari target ini investasi yang sempat terpukul saat pandemi bisa tumbuh di atas 6%.
Pemerintah memperkirakan pendapatan negara 2023 sekitar Rp 2.266,7 triliun-Rp 2.398,8 triliun. Batas bawah target ini setara dengan outlook pendapatan negara tahun ini Rp 2.266,2 triliun.
Penurunan harga komoditas, juga mempengaruhi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) 2023 yang ditarget Rp 380,1 triliun-Rp 427,3 triliun. Angka tersebut lebih rendah dari outlook tahun ini yang sebesar Rp 481,6 triliun.
Sementara target perpajakan 2023 sekitar Rp 1.884,6 triliun hingga Rp 1.967,4 triliun, naik dari outlook tahun ini yang sebesar Rp 1.784 triliun.
Direktur Penerimaan Negara Bukan Pajak Sumber Daya Alam dan Kekayaan Negara Dipisahkan, Kementerian Keuangan (Kemkeu) Kurnia Chairi menjelaskan meskipun ekspor turun, ekonomi 2023 masih tumbuh positif. Sebab aktivitas ekonomi masyarakat akan mendorong PNBP naik.
Selain itu, PNBP tahun depan juga akan didukung oleh inovasi dan kualitas layanan pada sektor kementerian dan lembaga (K/L) dan badan layanan umum (BLU). PNBP tahun depan, juga akan terdorong oleh dividen atas perbaikan kinerja badan usaha milik negara (BUMN).
Sehingga, “Meski ada tren penurunan harga komoditas, namun diharapkan (kinerja PNBP 2023) tidak terlalu jauh,” tutur Kurnia kepada KONTAN, Minggu (5/6).
Ubah struktur ekonomi
Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy melihat. kondisi geopolitik dan perekonomian global tahun depan akan jauh lebih pasti untuk menuju proses pemulihan. Ini membuat kenaikan harga komoditas tahun depan lebih rendah.
Ini membuat penerimaan negara rentan. “Saat harga komoditas turun, akhirnya berdampak pada lebih rendahnya penerimaan negara,” kata Yusuf, Minggu (5/6).
Sebab itu, pemerintah perlu mengubah struktur perekonomian, yaitu didorong oleh produk-produk yang mempunyai nilai tambah lebih tinggi Misalnya, mengembangkan industri manufaktur.
Pemerintah juga masih bisa mendorong penerimaan pajak melalui ekstensifikasi maupun intensifikasi. Salah satunya dengan menggenjot penerimaan pajak dari transaksi keuangan digital, termasuk cryptocurrency.
Sumber : Harian Kontan Senin 06 Juni 2022 hal 2
Leave a Reply